Monday, 29 May 2006
KAUMANA
Lukai aku. Aku balik melukaiku. Ini persoalan ibadah. Sepanjang sajadah
aku melupakanmu. Sepanjang doa juga aku meninggalkanmu. Keimanan ini
seperti kelambu. Takut dengan nyamuk, tidak takut dengan pikiran
sendiri. Nyamuk bertambah. Kelambu jadi berlapis. Pikiran aman. Stabil.
Terkendali. Kita pikirkan hal lain: yang membuat gatal orang. Kita jadi
nyamuk. Biarkan saja orang yang tidak berkelambu. Kenapa tak punya
pertahanan seperti kita. Atau darah mereka pahit. Atau kulit mereka
badak. Atau mereka tak punya pengalaman dengan nyamuk. Nyamuk rekaan
ini akan keluar siang atau malam. Kaumana bicara terus tentang tuhan
tapi semakin jadi hantu. Kaumana kering seperti bukit kapur yang
memantulkan setiap bayang. Kaumana fatamorgana. Datang di jam dua belas
siang di jalan yang lurus. Saat menjelang sore kau lelap, seharusnya
kau terjaga. Jaga nyamuk di jaga monyet. Jangan berahi terus yang kau
pikirkan, seolah ibadahmu penuh dengan rekaan mesum tentang asal yang
tak pernah kau pelajari muasalnya selain dari cerita masa kecil.
Kaumana kurus kurang makan. Pikirannya kerasukan. Lupa membasuh tangan,
wajah, Seharusnya kita berjumpa di waktu lalu. Sehingga kita mudah
bicara. Kaumana pergi. Dunia ingkar janji. Kaumana cari-cari luar.
Dalamannya bolong. Ditutup kelambu. Biar bisa telanjang. Dan anti
nyamuk. Kaumana jadi nyamuk. Bawa tombak ke setiap tempat. Kaumana
hendak apa. Apa? Apa? Kaumana susah mendengar. Katanya cuma suara
tertentu yang jadi arah. Suara lain suara lain suara lain sulih suara.
Tidak penting. Arah mana arah mana arah mana-mana. Tidak penting.
Tertentu, mungkin. Penentu pasti. Ditentukan, kebiasaan. Penentuan
bukan pilihan yang begitu disuka. Kaumana apa yang berselaput,
berselimut sore-sore. Vertigo. Dunia bukan ingkar janji cuma jungkir
balik. Biasa. Kebanyakan tidur. Lupa makan.
Kaumana berkawan dengan Manakau. Tak ada yang tahu sejak kapan. Manakau
tempat aku tempat kau tempatan kaku. Manakau ternyata Kaumana. Dimana
tak jelas juga. Manakau Kaumana. Tanya Nyata.
{bayangkan ada denting gitar-bayangkan saja}
Tanya Nyata. Cinta atau luka. Yang ada di kedalaman bla-bla-bla.
Keduanya mungkin memusuhi nyamuk. Mahluk kecil yang lucu
bentuknya. Namun mantap bertenaga. Nyamuk cuma bisa dikalahkan
perusahaan racun multinasional penghasil segala racun pengganti
obat-obatan. Adakah yang lebih murah? Ada: upah. Kaumana adalah Manakau
upahan. Doa, doa biar bertenaga ada ransum buat yang ramah, berdaya
tahan tinggi, dan sentimentil. Biar seperti penebar racun sejati yang
dihargai sampai mati. Dunia ingkar janji. Obat vertigo ternyata racun
serangga.
{bayangkan saja obat nyamuk sebagai senjata-bayangkan saja-berapa yang telah mati di seluruh dunia}
Pusing tujuh keliling.
Dunia ingkar janji.
Umur nyamuk sembilan hari.
Umur Kaumana tak tentu.
Umur Manakau tertentu.
Ditentukan yang tertentu Kaumana dan Manakau saling pandang.
Jadi nyamuk lumayan. Sembilan hari.
Tak tentu. Tertentu. Tetap. Ditentukan.
Tanya Nyata. Mau apa lagi.
disini Kaumana kering kembali.
Manakau hilang di peraduan.
Jadi nyamuk kejam penghisap darah yang dingin tertawa-tawa melihat korbannya.
{bayangkan tawa nyamuk membahana-kehadirannya saja mengganggu telinga}
Kaumana kehilangan ruang. Semua dimasuki Manakau.
Tanya Nyata. Sesiapa yang asing jika bukan Kaumana yang sedang dimabuk cinta. Kencan Lupa.
Tersenyum sendiri. Aku asing. Kaumana bergumam. Aku asing.
Apakah orang-orang ingat pada bentuk. Kaumana berkaca. Sok cantik gertak Genit.
Seperti ini rupanya. Kaumana melihat nyamuk remuk ditepuk adik yang
belajar melawan gatal. Tamparan tangan mengamuk tidak cukup sekali
mendera tubuh nyamuk, plak, plak, plak, plak. Bukan kebetulan adik
semakin mahir menampar. Pengasuh menyibak udara dengan aroma racun
serangga buatan induk semang. Hari ini tujuh nyawa tanpa ditanya. Plak.
Usai. Tak perlu kelambu, kan.
Manakau ikut menggelepar mati kegirangan.
Apakah mungkin aku lupa jatuh cinta.
{bayangkan Iga Mawarni jadi nyamuk-menggigit sampai meninggalkan bekas-bayangkan saja Kasmaran, nyamuk, empuk dan jazz}
Au rasanya. Au. Au.
widhy | sinau
Labels:
kopi
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment