Saturday, 4 March 2006

World Book Day #2: Bisa diKopi


Bisa DiKopi? Roger



Buku bisa dikopi, namun copyright harus tetap dijaga? Ada juga yang
percaya, jika masih miskin, maka buat saja copyleftnya. Tangan kanan
untuk hal baik, tangan kiri untuk hal yang sedikit jorok namun penting.
Ya seperti copyleft tadi, atau membasuh kotoran alias cebok. World Book
Day 2006, sebuah usaha untuk mengcopy ide besar tentang pentingnya
merayakan buku, ternyata, bukan hanya buku yang bicara, buku yang lebih
besar, semesta, ternyata lebih banyak bicara. Mengapa? Karena begitu
banyak pihak yang menyepelekan buku semesta ini. Komunitas yang hadir
dalam WBD ini ternyata berkata lain. Mereka belajar dari semestanya
sendiri. Yang terdekat, itulah yang paling mungkin dirawat. Begitu
banyak pengalaman yang bisa diberikan, dari kefasihan seorang anak
dalam menceritakan pengalaman menulisnya sejak umur 8 tahun, kelompok
tunanetra yang memberi pengalaman membaca, kebanyakan anak-anak muda
yang setia dengan kemudaannya, tidak berlagak tua dalam berkarya, ada
optimisme yang diusung dalam centang perenang sibuk yang masih lucu dan
masih tergesa; indonesia membaca! kata panitia sekarang atau tidak sama
sekali.



Saya teringat dengan salah satu pidato dari kumpulan tulisan Hatta,
seorang proklamator kita, yang menyatakan: apakah sebuah kerjasama
(sosialisme kerakyatan) dapat dilakukan oleh orang-orang yang 
yang tidak percaya dengannya?  Jawabannya tidak.  Mustahil.
Bagaimana ada  jiwa yang yang bisa menafikan eksistensinya. 
Anda bisa bayangkan seluruh dunia-semesta lainnya runtuh, tapi
beranikah Anda, atau lebih tepatnya sanggupkah Anda menghilangkan diri
Anda walaupun cuma dalam bayang? Siapa yang hilang sesungguhnya? Sampai
tanggal 4 Maret 2006, jam 02.00 pagi, ternyata Hatta masih benar. Salah
jika memberikan kesempatan pada orang-orang yang pura-pura dan penuh
kepalsuan, salah juga jika kita tidak dapat merebut topeng palsu dari
mereka. Dalam prasangka ada harapan untuk membuat orang percaya pada
kita, dan kita percaya pada mereka. Harapan itu doa. Yang menjadi
pertanyaan adalah; apakah bisa dikopi, ganti? jika tidak tawaran dialog
ini tidak dapat diteruskan, kata kawan saya Jibal, nyasar ke mobil box.




Komunitas yang dibayangkan kemudian adalah komunitas tuna yang kaya
akan kepercayaan diri, bahwa kita bisa! sekurangnya jam 2 pagi lewat
sedikit, angin dari WBD mengisyaratkan hal itu. pertanda memang tidak
selalu tepat, namun dibaliknya ada senyum yeng terkembang, apa iya ya.
Iya, kalau kita bisa memiliki world view yang sama, begitu kata Jimmy
penjual buku dan kopi espresso. Pandangan dunia dari seorang yang tuna
tapi terus berprasangka baik tentunya lebih berharga dari orang-orang
kaya yang tidak pernah nyenyak tidurnya. komunitas yang dibayangkan
menjadi sebuah komunitas yang membesar bukan karena terlalu banyak
makan, namun karena berbiak. Sekali lagi, apakah bisa diKopi? Ternyata
setiap orang adalah sesuatu, dan tidak bisa dihilangkan begitu saja!
Oleh apapun, oleh siapapun, jangan takut, sejarah selalu adil dalam
mencatat, waktu juga bersetia menuliskan kalamnya, di air, tanah,
udara, keringat yang menetes--ibarat pohon, WBD sudah menambah satu
lingkaran umur dalam batangnya.



Maka, pintaku padamu, berbiaklah! Bukan karena harus ternak-karena sejenak adalah selamanya, sementara waktu kita tak banyak.



[widhy |sinau]



No comments:

Post a Comment