dear, mbak2 dan Abang2 yg baik
saya bersama dua orang teman saya, Tiok dan Hendra,
berencana akan menerbitkan antologi sajak bersama.
antologi ini akan diberi judul 'Loosers Lost Time'.
kami berharap teman-teman semua mau sempat
menyimak/membaca, lalu dapat memberikan
komentar/kritikan untuk karya-karya kami dalam
antologi ini. komentar teman-teman yang masuk akan
kita tempatkan dalam halaman 'Komentar Teman-Teman'
dibuku antologi kami.
buku ini akan kita terbitkan secara independent, dalam
artian dengan menggunakan kemampuan modal kita sendiri
dan bantuan dari teman-teman lain. tidak lewat
penerbit2 besar.
sekian dulu dari kami, sebelum dan sesudahnya kami
ucapkan limpah terima kasih.
tabik,
ragil. s & teman-teman
catatan: kami bertiga sekarang sama-sama berdomisili
di kota Malang, Jawa Timur.
Karya: KOKOH YULISTIO W
Ketika saraswati menari
Terhanyut dalam tarian sedih
Melihat anak-anaknya terdampar
Dalam gemilang modernitas yang gagap
Terlukis dalam kaca kaca penuh pesona
Tanpa tahu harus berbuat apa?
Tentang keindahan? (hidup)
Dalam gelombang mimpi-mimpi
Pada anak-anak generasi instant
Jakarta.dibawah kaca-kaca plaza indonesia
Januari 2005
Di dalam kaca-kaca
Aah… banyak sekali pertunjukan di dalamnya
Opera besar tentang pementasan hitam
Yang gelap gagap di tengah lampu-lampu bertebar
Tersesat tanpa jalan
Terjual dalam mimpi-mimpi
Mereka
Dia
Kamu
Dan aku
Jakarta 9 januari
Diantara bunga-bunga
Menabur aroma dan warna
Yang terselip pada bara
Menemukan dirinya
Kosong dan berdebu
Jakarta 10 januari
Ketika aku diatas awanmu
Terbawa angin dan terbang
Hanya terlintas
Ingin melihat dirimu
Dari atas, dari awan-awan
Telah berubahkah dirimu?
Atau
Masihkah tetap dirimu yang dulu
Ketika melintas di langit surabaya,januari 2005
Melihat citramu dari angkasa
Petak sawah dan perkampungan
Sungai-sungai dan percabangan
Bangau-bangau yang turun menjemput diatas tanahmu
Lautan dan bibir pantai
Melihat citramu dari angkasa
Tentang dewi swasembada
Tentang indahnya negeri
Tentang indahnya cerita
Tentang alam yang kaya
Tanpa kita sadar
Tentang cerita
Pada masa yang telah berubah
Dalam kabin pesawat,januari 2005
Fajar merekah di atas jatiasih
Ketika sanghyang kala
Meniupkan hari
Menjalankan waktunya
Ada yang berubah
Dan tak seperti kemaren
Bersama orang-orang yang bergegas
Kebon bengkel studio,bekasi.2005
Pada waktu yang terdalam bersama cita
Bergulung pada ombak berbentur dengan batu
Pada karang-karang
Memecah dan berdesir
Putaran puting beliung
Membawaku pada segenggam waktu
Yang telah berlalu
Dan terdalam bersama cita
Kebon bengkel studio.bekasi 2005
Semalam saat waktuku terjaga
Aku melihatmu
Berlari dan menjauh
Sesaat aku berteriak
Pada kala
Agar ia menghentikan waktu
Agar kau terhenti
Agar aku dapat meraihmu
Untuk satu saat
Di dalam hitunganya
Kebon bengkel studio.bekasi 2005
Cintaku bermain api
Api bermain cinta
Api dan cinta membakar diriku
Cinta dan api ikut terbakar
Bersamaku bermain cinta
Bercinta pada api
Dan membakar diriku
Cozy studio work.bumi asri 2005
Setapak demi setapak aku terseret
Pada hulu maut
Dalam rajah-rajah pada dinding berbatu
Yang telah tertulis
Tentang takdir
Tentang maut
Tentang nasib
Dan peruntungan
Untuk apakah kita menangis?
Dan untuk apa
Kita tertawa?
Desember 2004
Pada pagimu aku begerak
Mengoyak kabut-kabut putih
Menerobos kumpulan udara-udara dinginmu
Dalam sepi ketika tubuhku terbawa
Menuruti arus hati
Bergejolak mencari
Pada api aku berlindung
Setiap gerak pada setiap nyala
Berkata pada bait – bait syair yang kau dengungkan
Aku melihatmu sebagai ada
Dalam sebuah nilai yang tak tersentuh olehku
Tak pernah aku dapat meraihnya
Pada malamu ketakutanku
Untuk setiap tangis, untuk setiap doa
Berharap untuk kehidupan
Terselimuti gelisah
Tentang Esok
Tentang Lusa
Dan sisa kemarin
Yang masih melekat
Malam beranjak pagi. Malang oktober 2005
Ingin ku mendengar ceritamu
Diluar, tentang hiruk pikuknya dunia
Hai kehidupan..
Malang okt 2005
Cerita tentang pagi
Menari diatas fajarmu
Menabur mimpi di awal hari
Berharap berbenih,tumbuh dan berbuah
Merekah diatas jalan jalan berbatu
Berjalan dan bermimpi lagi
Berharap diatas harapan
Langkahi hari untuk mengerti
Plank plunk kafe. Sept 2005
Apiku menyala di dada kiri
Bintang bersinar dan berpendar
Kurasakan bara dalam hati
Tertawa, sakit, dan menangis
Laksana terbang dalam hidupku
Tanah-tanah retak bergolak
Menenggelamkanku
Bersama waktu
Dan terbakarnya dada kiri
Plank plunk kafe.sept 2005
Malam, ketika aku berfikir tentang waktu
Tentang kejujuran yang beranjak pergi
Menyisir anak-anak sungai
Aku melihat anthurium itu memerah
Ketika kau memberikanya untukku
Angin berdesir memecah bola-bola mimpi
Dan menyudutkan diriku ke tepi
Ketika ku rangkai dengan bait kata,cinta dan waktu
Aku yang terdiam saat kau datang
Terpojok menepi, menepati janji
Pada malam berfikir tentang waktu
Sms untukmu, pada catatan tanggal di bukumu,des 04
Aku ingin melihatmu jujur
Pada senyum di bibir
kawan
Malang 2005
Matahati yang tak pernah bisa melihat kembali
Bersama mengalirnya darahmu di nadiku
Surabaya.2005
Berbicara pada tanah
Dimana kau di lahirkan
Berkawan dengan darah
Dimana kau di persatukan
Aku memberimu waktu
Ketika kau harus berjalan
Aku memberimu api
Ketika kau butuh penerang
Dan aku memberimu nurani
Ketika kau harus merasakan
Dan kaupun tahu
Kemana kau harus melangkah
Berfikirlah !
Merenunglah!
Dan kau pun tahu
apa yang harus kamu lakukan
kawan.
Malang 2005
Aku masih menunggumu
Dalam lingkaran waktu
Kawan.
Karena mimpimu
Adalah juga mimpi diriku
Aku juga percaya
Bahwa lingkaran itu
Akan berakhir
Pada satu titik Pertemuan
Karena aku masih menunggumu
Dalam lingkaran
Kawan
Bumi asri, kamarku 2005
Yah…. Kadangkala dari kita
Harus terbiasa
Menghadapi hal-hal yang biasa
Karena semua
Akan menjadi biasa saja
Bumi asri,kamarku 2005
Cahayaku tidak pernah ragu
Tuk lari dari matahari
Seperti angan dan mimpiku
Untuk menjelajah duniamu
Aku akan melindungi mimpi
Dimana waktu tak bisa menyentuhnya
Tak juga kubiarkan ia (waktu)
Mengambilnya (dariku)
Aku takkan meraih mimpi itu
Hanya membawanya pergi saja
Dan membuatnya
Bersatu dengan diriku
Jogjakarta.2005
Senandung pada hari tanpa merindu
Dalam ruang ketika kau terbaca
Pada bait – bait mantra
Tentang mimpi – mimpi yang terbelah
Aku menyentuhmu pada kata
Menusuk dirimu dengan hati dalam rasa
Membangun ruang pada bunga – bunga
Pada putih….
Pada hitam
Juga pada abu – abu mu…
Senandung pada hari tanpa merindu
Terdiam tak terasa membisu
Satu jam telah berlalu…
Malang 2005
Untukmu Sekar
Dalam perjalanan meretas hari
Kau yang bertaut pada hamparan kerikil
Pada jalan kita menemukan diri
Dengan tubuh – tubuh kita yang dekil
Kau dan aku yang berperang melawan waktu
Bercerita dan mengais – ngais esok
Aku juga merasakan sama seperti rindumu
Seperti realitas yang berjarak
Tentang perih
Nilai
Mimpi
Pedih
Luka
Duka
Asmara
Mengerti
Dan apa itu mencari
Walaupun kadang
Kita selalu melakukan lupa
Yang terdalam dari diri saat menemu
Dan tersadarkan
Saat mimpi kita
Sudah terbeli
Ah kawan...
Kau mengingatkanku
Dan lihatlah….
Aku akan menemukan diriku
Pada ribuan kata
Menjadi halilintar yang menyambar
Pencakar – pencakar
Memberikan nilai pada waktu
Aku pun menginginkan
Dirimu
Bersamaku….
Dalam bait kata
Teruntuk dirimu..
Sekar…
Cozy studio work, bumi asri 05
Karya: DWI HENDRA KUSUMA
APOLOGI
Kau sebut aneh pencari
Yang menguak sesuatu untukmu
Tak pamrih
Kau sebut tak wajar
Yang terbelenggu
Dimana dapat menyatu?
Kau berbalik arah
Yang sudah kuduga sebelumnya
Biasa
Kau katakan berani
Karena aku takut
Akan berganti
terowongan
menguap asaasa
didalam terowongan
gelap
berkarat sisasisa
didinding basah
lembab
tak terjamah
DIANTARA ORANGORANG LALULALANG
orangorang lalulalang
meloncatloncat pikiran seperti belalang
masih saja melihat kebelakang
aku akan menjelang
dihantui bayangbayang
aku akan menjelang
diikuti kabut gamang
orangorang lalulalang
aku takut pada bayangbayang
orangorang teriak lantang
sedang aku disini terkekang
orangorang lalulalang
ada yang terjerembab lumpur berkubang
hitam arah yang kudaki menjadi penghalang
sejauh mata memandang....
hanya panjang
orangorang lalulalang
tak dapat kulihat yang menghalang
orangorang lalulalang
menghalang jalan panjang yang kutempuh mulai melepuh kaki ini dan...........
orangorang lalulalang
INSOMNIA
Cepat sajikan kantuk itu
Malam larut sudah bertamu !
PERTEMUAN-mu
mungkin akan tiba saatnya...
mungkin hanya satu...
mungkin tidak ada...
ala malam ala
ala
malam
ala
jika siasia dan berlebih yang kau baca, yang kau cari tak kau sudahi
ala
malam
ala
begitu buruk malam untukmu.
Monday, July 18, 2005
MALAM......
Malam.........
Biarkan aku duduk bersimpuh, bertekuk lutut sejenak dan membuat lunak hatiku yang merisau sepanjang hari
Ingin aku diam menghabisi sepi
Ingin kutemui yang kucari
Malam ini.
Friday, July 15, 2005
;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;
kelambu, yang menutup jendela itu tersibak oleh prahara, prahara hitam mengusik rimbun dedaunan di gelap malam, pekat yang akan menahanku untuk bergerak menjadi lebih lambat, dan...aku tertiup jauh di belakang, tertinggal....tak ada satupun yang menahan, terpelanting jauh dilembah penuh amarah, sudah menyerah kalah namun tetap dihabisi.............
Monday, June 27, 2005
Aku curiga kau mengiraku gila
aku curiga kau mengiraku gila
ketika kau dengar cerita tentang masalalu, tentang tingkahlaku, aku curiga kau menuduh yang bukan milikku, menghakimi sendiri hatimu untuk menjauh dari sekat yang kubuat, meski dapat kau koyak dengan mudah sebuah akibat, aku curiga kau menuduhku gila, ketika indra melihatmu berkacamata, nyata yang kaubaca keliru, tapi itu tak merugikanku, aku hanya mengira kau gila,gila dunia fana yang akhirakhir ini benar,benar oleh mereka yang buta, yang tuli yang kau puja dunia penuh kecewa,maka dari itu kau mengiraku gila ……
jus dugem
jus dugem
buka tutupnya
sepasang mata mix aroma dan irama
..............................................
aku benci katakata........
aku benci katakata, dimana kau hanya membaca dengan biasa karena biasa, aku benci katakata, mulutku terkunci seperti borgol, pengikat sekongkolmu dengan munafik, aku benci tanda tanya, yang selalu melingkar diatas kepala, mengurangi rasa hormatku pada dewasa, dan aku benci pada mereka yang benci pada biasa, yang tak terlihat disamaratakan dengan dosa pendosa, aku hanya mengingat bahwa aku pernah benci pada katakata, ketika kau tunjukkan sesuatu padaku yang dapat membuatku mengingat bahwa aku pernah benci katakata
Untitled
aku jatuh kedalam beku yang akan menguak takdirku menjadi abu…, dan akan kularung sepi ini ketelaga mimpi, kuhujat sepi, harus kuulangi lagi hari ini, berkalikali / kutunggu kesiasiaan tanpa akhir, mengeja setiap huruf bersusun dari bawah dasar yang kutak mengerti akhiran, aku haus, seperti lidah yang kelu tak dapat menelan, seperti telinga yang tak dengar kebisingan, gugah aku! Bangunkan aku rindu, dari sepinya waktu yang kulalui berkawan mimpimimpi tak pasti / aku mengerti seluruhnya mengerti, mata ini dapat melihatmu, namun buram oleh waktu, waktu, waktu, yang mengejarku terus mengejar menumbuhkan sisasisa yang tak dapat kuulang hilang ditelan, sisasisa yang tak dapat kunikmati, tak dapat kujangkau yang jauh, pun dekat aku lalai / butirbutir yang tertanam tak tumbuh hanya menggeliat tak damai selanjutnya mati, kubunuh sendiri yang kulalui / berlalu begitu saja, lewat tak tersemat teracuhkan tak diingat, tak lagi, tak lagi menguasai teknik,tak lagi mumpuni untuk menelaah jengah, kau luput dari hitungan, dari kumpulan yang terceraiberai, kau lepas begitu saja dari sana, di ujung sana, di langitlangit tak terjamah cahaya, kelam , hitam , penuh dendam meski kau berharap datang pemadam mematikan untukmu,siasia , sisasisa yang siasia, begitu panjang benang merah yang harus terpajang, tak ada yang menghampiri persinggahanmu, tak ada yang berlabuh, dunia sendiri
Wednesday, June 15, 2005
untukmu: luka
Kulihat
Terbit fajar menyingsing
Dari kejauhan, dari kedalaman
Tertutup awan hitam namun...
Tetap ingin kulihat
Kuceritakan...
Tentang hikayat mimpi
Pada angin yang pergi, pada batang pohon yang dingin
Mengacuhkan aku namun...
Tetap kuceritakan
Kubacakan...
Sumpah seorang pencari
Pada telingamu yang tuli, pada hatimu yang mati
Tetap saja kubacakan
Karena harus kubaca,harus kulihat, harus kuceritakan> tak peduli.
kosong
kurengkuh....
angin yang hanya angin.
RAHASIA
Kau pendam sesuatu
Yang hanya akan jadi mimpi
Akankah hanya jadi butiran halusinasi?
Menunggu jawaban
Menunggangi waktu
Apa yang kau tuju....
Jalan mulai berliku
Langkah itu harus terus kau pacu
Kau simpan sesuatu
Dalam bilik hatimu
Rahasia
Tak ada yang tahu
Tak ada yang mengerti tentang mimpi buatanmu
Jalan yang sepi...
Terlalu lama di kedalaman
Kau simpan,yang kau anggap aman
Tak ada yang tahu tentang rahasia
......................
Tuesday, May 17, 2005
GAMANG
Aku jatuh pada lubang yang curam
Tergeletak diantara nurani yang terjepit oleh dendam
semuanya hitam
Lelah yang ditimbun tak menyisakan celah
Dijatuhi mimpi bertubi-tubi
Kapan akan sampai ?
Inikah arti bahwa semuanya tlah usai ?
Berkumpul dengan kesimpulan terlalu lama
Mimpi yang lahir sebelum waktunya
Tak terungkapkan….
Tak terselesaikan….
juni 2003
insomnia
hijrah dari malam
kulebur amarah pada malam
kali ini tanpa basabasi....
tak biasa ku berkata
karna hanya omong kosong
kekosongan
aku jengah pada waktu yang berjalan,
ingin kuberhenti,disini saat ini
biar bias tak jelas
dan.......kau tanyakan
dimana
para peredam dendam?
jelmalah menjadi peri
dan....selamatkan aku
dan kau itu yang mengikuti
jauhi jalan ini dan pergi
dari malam sunyi kemasi mimpimimpi
menata lagi, kalimatmu harus tersemat
katakan padaku
katakan padaku
Friday, April 15, 2005
untitled
Ku mulai dari gelap
tak ada pelita, merangkak tanpa tahu arah menuju
yang ada hanya buta mata, hati tak terbaca
Dan kini.......
sampai disini, kumulai melangkah....
meski tak cukup, tak cukup untuk kugapai
kutanam asa di padang kering kerontang penuh dosa
berharap hujan kan turun melebur karat mimpi, kumengerti
oh....
betapa jauh perjalanan
lelah semoga saja meleleh
mengering mengganti suasana hati
Esok, kan kusemai sebab akibat dari kini.
Selasa, 10 mei 2005
Angin masa lalu…
Malam ini dingin
Musim telah berganti
Tapi purnama pasti akan datang
Seperti mimpi
Kulihat dirimu mencari sesuatu
Di tengah malam, yang dingin
Gelisah
Malam ini dingin
Kurapatkan sudut dan kubakar api
Demi dingin yang menusuki tulang
Angin terus berhembus…
Meniup kabar buruk tentang kemarin
Aku gigil ketakutan
Kuraih sudutsudut ketakutan
Kupanggil gelisah awan hitam
Dan kau masih terjaga
Angin malam, bukan hanya kemarin
Tiap malam kurasakan
Tubuh ini melepuh
Rapuh oleh ketakutan
Angin ini kejam
Membunuh tiap jiwa terjaga, perlahan
Seakan air yang menetes perlahan
Menembus batu, dan……
Angin malam masih akan datang
Mengingatkanmu tentang dingin yang terus menusuki tulang hingga sarafsaraf menegang:
Sebuah kenangan telah datang
Mengingatkanmu akan masa lalu
Minggu, 10 juli 2005
KARAM
Karam perahuku,
Di karang berat beban
Prahara datang menghancurkan
Karam keinginanku
Semua jalan buntu
Tak dapat melalui
Waktu berjalan, ganas ombak menabrak
Karam
Yang kau tanam tak tumbuh
Menjalarpun tidak!
Hanya banyak buih kesalahan
Kau bakar tumbuh asap,
Namun tak ada yang datang untuk mengusap peluhmu…
Hanya riak yang kau dengar
Menjadi penghibur yang tumbuh subur
Ketika perahuku…..
Karam
Rabu, 6 juli 2005
Biarkan aku tenggelam….ke dasar, ke bawah sadar yang tak terjangkau oleh kau…
Biarkan aku lepas, meregang angan keawan hitam, terbayangkan kesendirian
Biarkan aku hilang, ditelan kabut kelam yang mengusik keinginan, untuk tinggal, untuk singgah, diculik hampa.
Biarkan aku biarkan, tak jelas
Selasa, 17 mei 2005
Kularung kesedihan di telaga hampa
Kudapatkan suasana
Kau lari dari nyata untuk sementara
Hanya sesaat kurenungi asam yang kurasa
Kau duduk dalam bayangan
Kusapa tak bicara, hanya diam
Akankah kujangkau kenyataan
Ajari aku mengarungi hidup
Karna tak ada yang kudapat dari mimpi
(Lalu kau terdiam lagi…)
Aku pergi
Ke hulu tempat orang membuang celaka
Yang tinggi kujangkau kau lewati
Aku sendiri…
Biarkan aku nikmati
Agar mengerti keadaan ini
Selalu kubawa tangantangan menggapaiku
Selalu ada penolong yang akan sudi turun
Selalu kau ada untuk menghantuiku
Merayuku untuk meratap
Dimana semuanya yang kau tuntut untuk kujaga?
Kuhilangkan dari langit suram
Kujelang karam dari batu karang yang keras
Mengeras menjadi luka menganga
Tunjukkan harapanmu padaku
Agar aku dapat melewati kembali jalan yang terang
Meski hanya satu yang kau beri untukku
Kegamangan itu…….
Kedalaman itu……
Setelah semuanya teratasi
Dari tanganku sendiri
Melihat kebelakang
Yang ada hanya luka, nyata
Dan akan kembali……
Kujelang.
Selamat datang di Arena
Selamat datang di Arena
Mari berpacu….
Apa yang kau bawa?
Telah sampai dimana
Selamat datang di Arena
Kau bawa rasa itu
Bukan untuk itu
Mari berkemas
Selamat datang
Apa yang kau cari?
Kau baru datang
Siapkan
Aku akan siap jika kau siap
Banyak waktu masih…
Apa yang kau bawa
Selamat datang di Arena
Jika kau datang maka kau menantang
Selamatkan dirimu
Sebelum datang, persiapkan
Cari aman di pelarian,
Selamat datang
Selamatkan aku
Kau bawa peredam untuk kau pendam
Di tugu selamat datang
Kau bacakan syairsyair tentang kemenangan
Yang kau tularkan pada perdu jiwajiwa muda itu
Selamat datang
Doakan aku untuk menang
Atau kau bawa dirimu menuju pertunjukkan Maha
Dan kau baca lagi syairsyair kehidupan dihadapan para pendatang
Hingga mereka merasa sesak untuk bernafas, dan hilang jalan untuk pulang
Selamat datang
Untuk katakata yang busuk dan selalu mengganggu tidurmu
Selamatkan mimpimu
Sbelum birahi menelanmu dalamdalam dan meninggalkan
Rasa itu runtuh tak terpugar
Selamat.
Larilah kearah air mengalir
Ketika ruh dari aral yang melintang menghalang
Kau buka paksa pintu surga
Kau masuki rongga dahaga
Setetes penumbuh beku telah tercipta
Lagumu melangutkan jiwa
Sayupsayup gaduh seraya memandang
Bertumpu pada rindu…
Kau basahi seumpama hujan
Kering yang lama telah usai
Ada yang mengagumimu
Kau bawa aku masuki pintu surga
Di dunia fana masih terjaga
Seraya memandang langitlangit …
Kuduga akulah pejantan
Yang menberi butir untuk kau siram
Dan tumbuh diantara rindumu pada reda
Akan lahir sosoksosok yang kau impikan..
Ketika kau bangun dan kau coba buka pintu surga,
Dengan paksa.
Karya-karyanya : Ragil Sukriwul
Avontur
Kau ketuk tiap daun
pintu disetiap kota.
kau singgah
mencuri oksigen dan
menoreh jejak
kemudian pergi.
Lalu,
jejak siapa yang tinggal
di kamarmu.
BULAN SETENGAH REDUP
Harihari lelah di kotamu
kutenggak dalam keringat
yang limbung.
Waktu melaju cepat
sedang angin lamban
meninggalkan abab yang sengak.
Bulan setengah redup
bertengger dipuncak gedung.
Kita di bawahnya (atau di dalam),
dipucuk perpisahan, meracik obat penawar
rindu lewat cubit gemes dan cun kesal
Seperti sesal
sekaligus ikrar :
Bertemu lagi disebalik lengah
kekasih-kekasih kita
KEKASIH
Rajutlah lariklarik
cahaya purnama
jadi selambu
amben tidurku:
Istirah pulasmu
penjaraku
Ami
Lost
Aku tersesat dibelantara bintang
Mati langkah dan hilang arah
Di jalanjalan penuh cahaya
Terbakar segala peta
Lelah bergelantungan direranting cahaya
Yang sinarnya melulu kabar mimpi kosong
Hasrat tua akan matahari baru
Membuat tubuh jiwa ini mengalami dehidrasi akut
Aku tersesat
Dan, bunyi jarum angin yang patah menyadarkanku
takkan lagi pernah menyesal
berlari dalam gelap
Lagu Tidur
Tidur tidurlah
esokkan datang bersama
matahari yang sinis dan angin masam
Tidur tidurlah
esokkan mampir dengan senyum
ribu batu dan debu
Tidur tidurlah
lelapkan semua mimpi
tentang dongeng esok hari
Hikayat Cinta Sari
--pada budi
Hati yang terbelah
Kuberikan sebelah
Untukmu, sebagai kado perkawinan.
Aku, perempuan
Walau hati tak utuh
Selalu bisa hidup
Dengan kenangan.
Maafkan aku yang tak pandai melipat waktu
Dan mencerna ruang. Matamu membawa ragu pada cintaku
Cinta anak kampung dipencil
Kota pasir
Tanpa pantai dan pelabuhan kecil
Sedang cintamu, pikirku, begitu besar
Punya anak besar
Dari kota besar.
Bandar-bandarnya bermandi cahaya
Dari kapalkapal seribu tujuan
Yang memenuhi arah mata angin
Dekorasimu mengkerdilkan aku
Ditingkap angin mati
Aku merintih rindu
Melolong sepi
Lewat jendela yang tak berani juga kuloncati
Lewat kabutan asap yang ditindih harihari terik
Jalani segala siksa tanya
yang membuncah diurat syarafku
Saat datang kabar darimu bersama surat bersampul biru:
maaf, jawabmu tak lagi kutunggu…
tertulis dilipatan undangan perkawinan
tulisan tanganmu.
Sadar mesti selalu terlambat
Perempuan ta’kan jadi
Tanpa nyali
Hati yang terbelah
Kukado untukmu separuh
Pada kertas kembang ungu
Harapanku menggaung:
Telanjanglah! kulindap kau
dalam
Mimpimimpi sunyi kotaku
Di Kahayan
Dua malam ku kayuh sampan. Arungi kahayan
belah hayalan.
Bulan bulat jatuh di kolong jembatan. Dua botol baram
tandas isi
kutenggak sendiri.
Sebagai bekal perjalanan tuju nirwana.
Pada purnama yang robek
ku ketuk pintu Ptalla-langit
menagih restu
jadi anak enggang.
“sebrangilah sungai ini dengan kaki-tanganmu sendiri.
lurus, seperti itu jembatan. Maka, setelah sampai
di seberang, sepasang sayap akan tumbuh
dipunggungmu.”
Sabda Ptalla-langit
Kutatap penuh cahaya wajahnya
Kilau benderang melulu.
Lalu pergi tanpa menutup pintu
biar sinarnya menerangi jalan kembaliku.
Dan, tak pernah sampai aku ke tepi. Kakiku yang timah
asyik tenggelam di sungai
baram.Menyelami batas garis
antara moksa dan mabuk.
Telah dua malam aku
di Kahayan.
Meraba buta arah jalan pulang.
Memang
Ta’kan ada
Nikah kumbang dan bunga
Ia yang meningkah angin. Di kelopak kakikaki basah
Sekedar menggaris jejak sekelumit
Dalam peta gairah putik dan benang sari.
Ta’ kan ada, memang
Nikah kumbang dan bunga
Ia yang memandi manis madu
Pasti selalu pergi dengan ngengatnya yang patah
Di jalanjalan kota kembang
Pengecut
: Qie
Seperti kemarin,
selalu saja lupa mencatat harihari lalu
tanggalan mati dalam kalender kosong
di lorong dinding lusuh
berkelit dari kisahkisah yang akan membeku
di darah dan otakku:
tentang datang, pergi, lahir—mungkin
juga mati
Namun, siapa lincah menghindar
batubatu waktu yang liar terlontar
dan perlahan terus melucuti usia
memaksa untuk selalu kembali
pada cerita masa kanak:
Lelaki payah ini lalu terjerat lelap
tidur bayi diketiak mama
tanpa punya nyali sedikitpun
asyik menyusu dongengan katakata
Melingkar Gundah
Aku, kau :
Ada
Kau, aku :
Diam
Dibelitan lidah yang melingkar gundah
Lost
Aku tersesat dibelantara bintang
Mati langkah dan hilang arah
Di jalanjalan penuh cahaya
Terbakar segala peta
Lelah bergelantungan direranting cahaya
Yang sinarnya melulu kabar mimpi kosong
Hasrat tua akan matahari baru
Membuat tubuh jiwa ini mengalami dehidrasi akut
Aku tersesat
Dan, bunyi jarum angin yang patah menyadarkanku
takkan lagi pernah menyesal
berlari dalam gelap
Menggambar Bulan
pada telaga yang kita genangi dengan
ludah, peluh dan air mata
sepanjang jalan keluh
seperti merangkak surut
dengan resah.
kedalaman yang kerap kita selami tak lagi
memberi senyap bening air
yang sering membuat kita seperti anak kecil
(tanpa malu nyemplung mandi berdua tanpa
tanpa seutas benangpun menempel tubuh)
semakin dangkal hingga begitu gampang menapaki
karang
beling
duri
mimpi
fantasi
dan segala yang menghimpun perih
kita terhenyak tibatiba
setelah 99 kali mandi bersama
geragapan memandang tubuh yang bugil
ngambang di atas air kehampaan
Kesadaran menjaring sesal sekeranjang
lari menepi membilang sepakat
sambil membagi maki
mendekap degup galau birahi yang kencang
dengan raut wajah anakpinak
buram menggambar bulan
Di Kota Lama
Pertama di kota lama
terperangkap enggan karena rindu
menabrak pupuran wajah beton. Dongeng tua beku digincu
Lama membayang mati dirambat kebusukan
baunya sesak diudara. Hujan peluh ditubuh
menghanyutkan kebimbangan. Tak ada yang membekas
bincang dan canda hanya dengan kalbu sendiri
Lama telah dikekinian yang ramai kerlip lampu
menyisakan sepetak keremangan untuk diburai
genit tawa malam
Ini mimpi orang aring tentang kemajuan zaman yang
berderak membisukan moyang koyak
Atau ini memang kisah cerah yang selalu ditunggu
entahlah, mungkin karena kaki ini belum jauh melangkah
Malam
Pukul dua lewat duapuluh
pada jam beker
merah muda
2000
Kembang Mawar dan Sebatang Rumput
Kembang mawar dipot kecil warna merah
Ranting patah lepas daun. Kelopak busuk dipucuknya
Sebabnya hanya karena satu perkara:
Tak ada tetes air dikran kamar mandi
Batangnya hitam kecoklatan dengan duri yang tumpul
sedang sebatang rumput disampingnya tetap saja hijau
Sementara di jendela masih
terlihat sungai mengalir bening
Sayang
Tak kenal maka tak sayang
Setelah kenal sayang terlalu
Tak sayang tak kenal maka
Kenal sayang setelah terlalu
Maka sayang tak kenal tak
Terlalu sayang kenal setelah
Di Depan Stadion
: rin
Tiba tiba aku teringat akanmu
dulu pernah kita berteduh di sana
di bawah atap gerbang stadion pinggiran jalan aspal
saat mendung tumpah dibumi siang yang mendidih
Aku menjemputmu sepulang sekolah usai mengajar
dengan sepada motor pinjaman
Tempias hujan yang jatuh diatap sepotong itu
lamalama membuat kita setengah kuyup
kau putuskan untuk meneruskan lagi separuh perjalanan setelah
membungkus semua kertas dan buku dibalik jas merah
Kita terjang sisa hujan yang menggerimis
debu asap yang menempel diwajahku luruh mengalir asin dibibir
bedak tipismu luntur jadi pulau noda didada baju sebelah kiri
Sekarang aku tertegun mengingatmu
masih rintik dan gerimis yang menggiris disini
diberita televisi banjir kota jakarta jadi air bah
kau telah lama di sana dan kita putus kabar
Sesore ini aku melamunkanmu
hujan gerbang stadion motor pinjaman dan noda dibaju:
kapan kita akan mandi bersama lagi
Sajak Hitam
Bergelas kopi hitam dan baju hitam
yang menemani harihari hitammu
menjelang lagi dihitamku
kau pernah berkata
aku akan terus lurus di atas jalan hitam ini
sampai ke titik yang nun di sana menghitam
Sementara aku dipinggiran aspal hitam ini
masih saja separuh gelap
Kawan, sudahkah kau sempurna hitam
gegaslah kerana tak lagi ada yang bisa dihitamkan di sini
hitam sudah tak lagi milik kita
Hitam sudah milik semua
Kosong
Kekosongan rasa yang semakin besar kosongnya
bag badai kemarau tanpa debu dan
daunan kering berterbangan.
Getar dingin mengantarkan ngilu
yang berakar menghujam jidat dan dengkul
umbul rumbul perayaan rasa ini.
Ruah riuh ini ruang
dengan kekosongan yang ramai.
Aku tuliskan rasa ini karena—terkadang
yang lahir dari sebuah puisi
hanyalah kekosongan.
Semedi Rakit Bambu
Diam dan sepi dijalan ini
adalah semedi rakitrakit bambu
pada samudra tak berujung
Karena cinta yang meluap kita jadi begitu
acuh. Bahasa kasih yang terperi hanya
pasang gelombang dan banjir bandang melulu
maka tak ada pergi bila tak ada yang tinggal
Kawan,
ketika esok nanti
kita harus cerai satusatu
pasti tetap ada yang tertinggal
Kisah persetubuhan
dan asmara yang berlayar
KEMANAKAH
Kemanakah kau kawan
Ingin sekejab
kutatap lirih langkah
dan tegap suara
Aku di sini datang,
sekarang.
Menunggu binar mata
yang mengabarkan :
Luka demonstran
Suka insentif
Perjuangan
Kemut
Kempit
Kempot
Monday, 9 January 2006
tolong dikomentari
Labels:
kopi
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment