Monday, 23 January 2006

nothing but coffee

Rating:★★★★
Category:Other
Kopi Bid’ah

Siapa yang menyangka jika Coffee Cantata diperkenalkan J. S Bach (1734) untuk merefleksikan keyakinannya terhadap keimanan Kristiani. Walaupun karya ini tergolong ‘sekular’ dibandingkan kantata lain semisal Christmas Oratorio namun secara keseluruhan Coffee Cantata menggambarkan perjalanan anak manusia yang diibaratkan sebagai matahari yang sedang terbenam di horizon langit. Di sebuah kedai kopi di Leipzig, Bach terinspirasi untuk membuat Coffee Cantata, sambil melamunkan dirinya berjalan melayang di lengkungan garis langit menuju surga.

Sementara itu sebelumnya Paus Clement VIII (1600 M) menganggap kegiatan minum kopi ini sebagai bid’ah, dalam pengertian,sebelumnya tidak ada di dalam ajaran Kristen dan merupakan budaya orang Arab Islam (akhirnya dibuat fatwa yang membolehkan). Setelah seorang duta besar Turki memperkenalkan kopi ke pengadilan Raja Louis XIV pada tahun 1669, dengan cepat kopi menyebar ke seluruh negeri di Eropa.

Di jazirah Arab sendiri (sekitar Laut Merah) kebun kopi menurut sejarah mulai ada sekitar abad ke-7, yang dibawa oleh orang Ethiopia. Selanjutnya pada tahun 1000 M Ibnu Sina (Avicienna) menulis tentang zat kimiawi kopi, manfaat dan mudaratnya (lebih banyak manfaatnya). Hal ini dipicu oleh maraknya minuman kopi yang digunakan kaum sufi ketika ‘menari’ dan berzikir dalam ibadah malam mereka. Di daerah Yaman pada abad-12 ngopi menjadi kebiasaan ketika santri begadang sampai pagi. Dari sejarahnya, ngopi bisa jadi memang lebih dekat ke budaya ‘Arab’ dibandingkan jika dikaitkan dengan Islam (dari sini pula penamaan Arabica pada jenis kopi diawali). Dapat dipastikan perkenalan dengan bangsa Ethiopia-lah (abad ke 6M) yang menyebabkan kopi cepat menyebar seiring dengan penyebaran Islam itu sendiri. Bahkan walaupun tidak ada catatan sejarah yang resmi ketika Islam pertama kali datang dengan Spanyol (711 M), sangat dimungkinkan kopi sudah ada di Spanyol sekitar abad ke-7 sd 8 M, mengingat kedai kopi merupakan ruang sosial laki-laki (bagi bangsa Arab) untuk bercengkrama.

Kopi bid’ah berlanjut dalam penyajian kopi dimana kopi sebagai bahan baku utama disajikan dengan rempah-rempah lain seperti jahe, kapoolaga, kayu manis, madu bahkan arak. Penyajian kopi menjadi berbeda di setiap negara. Kopi diperkirakan telah dikenalkan pedagang, juru dakwah dari Hadramaut (Yaman) dan Gujarat serta Turki saat datang ke Indonesia, dimulai sejak jaman kerajaan Pasai. Campuran jahe digunakan untuk menghangatkan badan saat belajar pada malam hari (di daerah gurun atau di pinggir laut). Sampai sekarang kegemaran mimum kopi jahe masih berlaku di kalangan keturunan Arab Indonesia pagi dan malam hari.

Di beberapa negara Eropa kopi bid’ah ini sinkretis dengan fermentasi anggur, vodka, atau sekedar sirop blueberry. Campuran dengan susu, coklat, juga berkembang untuk menemukan cita rasa kopi ‘lain’.

Kopi bid’ah terus berkembang sesuai dengan selera lokal. Di daerah Sumatra seperti Sumatra Selatan, Sumatra Barat dan Sumatera Utara dikenal kopi duren. Kopi dicampur dengan durian dan gula aren. Di sekitar Tulungagung (Jawa Timur) dikenal kopi ijo dimana biji kopi dicampur kacang ijo, kopi khas ini dikenal dengan kopi cete.

Ada lagi kopi bid’ah yang dilakukan karena alasan ekonomi, dimana (banyak di Indonesia) biji kopi digiling dengan campuran jagung (biar banyak). Kopi ini di warung kopi pinggir jalan disebut kopi jagung atau kopi sindang (kopi segelas air sedandang). Di kalangan anak kost dan tongkrongers dikenal dengan finish last day –kopi manis gelas gede.

Kabarnya di Aceh orang mencandu kopi karena kopi tarik Aceh dicampur dengan sedikit bunga/daun ganja (he he he, layak dicoba walau bukan di Aceh), kopi jenis ini bagi sebagian muslim Indonesia bukan cuma bid’ah, tapi jadi kopi haram.

Kopi bid’ah terakhir yang menjadi pembicaraan kalangan intelektual adalah kopi-paste (copy-paste/drag and drop) semacam plagiat, sebab itu berdosa. Kopi paste ini timbul karena kemudahan yang diberikan, timbulnya budaya instant, dan kemewahan yang dirasakan sesaat. (widhy sinau-dari berbagai sumber).

2 comments:

  1. ga begitu suka kopi..tapi artikelnya boleh juga..

    ReplyDelete
  2. artikelnya saya link di : http://sahabattelapak.multiply.com/journal/item/30 silahkan mampir di cafe telapak di samping pool bus airport bogor. tengkyu peri2 mat. salam, djuni

    ReplyDelete