Rating: | ★★★★ |
Category: | Movies |
Genre: | Drama |
Michael, Jenna, dan Kim. Christ, Lisa, dan Matthew. Institusi pernikahan!!!!!!?!!!!!!!
(1) Free-sex
(2) Perselingkuhan
(3) Institusi Pernikahan
(4) Ketakutan
(5) Cinta
Cinta
Old English/Jerman, lufu. Latin, lubet. English, love. Indonesia, cinta. Love memunculkan LIBIDO. Old Church Slavonik/Rusia, ljubot’. Sansekerta, lubhyati.
Sebelum abad ke-13, kata tersebut muncul di Inggris Raya. Dalam bahasa Indonesia, kata itu dapat diartikan: hasrat, perasaan terdalam dari lubuk hati manusia.
Ketakutan
Old English/Jerman, fǽr. Jerman, Gefahr. Indonesia, takut. Sebelum abad ke-13, kata tersebut muncul di Inggris Raya. Dalam bahasa Indonesia kata tersebut berarti kondisi perasaan yang tidak tenang yang disebabkan ‘oleh sesuatu.’
Institusi Perkawinan
Mengikut teori evolusi Darwin, tampaknya institusi perkawinan dikenal ras manusia ketika ras manusia sudah mampu menggunakan akal buat memecahkan masalah. Seturut dengan perkembangan akal, peradaban manusia pun semakin maju bila dibandingkan masa sebelumnya. Di masa sebelumnya, dapat dipastikan bahwa untuk berkembang-biak tak diperlukan institusi perkawinan. Di masa itu hanya dibutuhkan musim kawin.
Pengenalan agama ataupun sistem kepercayaan, dugaan saya, memunculkan institusi pernikahan. Lembaga inilah yang melindungi kebanalan hasrat primitif ras manusia untuk berkembang biak. Hubungan seksual pun mendapat tempat tertinggi dalam peradaban ras manusia.
Perselingkuhan
Dalam tradisi posmodernisme, perselingkuhan adalah pemberontakan atas nilai-nilai modern alias metanarasi. Dalam perspektif biologi, perselingkuhan serupa virus yang terinkubasi dalam tubuh (baca: institusi) pernikahan. Seturut teori, dalam lingkungan yang tidak cocok virus membentuk kista untuk melindungi dirinya sendiri. Namun dalam lingkungan yang cocok berlaku sebaliknya.Virus berkembang biak dan menghancurkan induk semangnya. Demikianlah virus perselingkuhan bekerja dalam tubuh perkawinan. Perselingkuhan menghancurkan tubuh pernikahan, dan ketika tubuh pernikahan yang menjadi induk semangnya hancur, virus tersebut tetap hidup; disebabkan kemampuan dirinya membentuk kista pertahanan diri.
Free-Sex
Seturut perkembangan zaman, ketika posmodernisme mulai merasuki peradaban ras manusia, diperkirakan pasca Perang Dunia II, saya menduga, free-sex (untuk seterusnya saya lebih menggunakan frase ‘seks-bebas’ dalam tulisan ini) dan perselingkuhan pun mewujud-nyata dalam perabadan ras manusia. Mengikuti aturan konsistensi dalam berpikir, saya mengambil sikap: perselingkuhan muncul lebih dahulu dari seks-bebas. Hasrat seksual yang semula ditujukan untuk berkembang-biak mengalami penurunan nilai. Sebabnya: tujuan menghasilkan keturunan terdistorsi menjadi sekadar kenikmatan 20 menit. Mungkin, ada juga yang berpendapat sebaliknya. Ideologi mendasar dari seks-bebas adalah kebebasan itu sendiri. Atau, dalam konteks posmodernisme, penentangan terhadap dominasi budaya modern yang mengagungkan metanarasi. [Dan kita bisa berdebat tentang hal itu dari segala perspektif, mulai dari feminisme yang memandang institusi pernikahan adalah produk budaya patriarkhi.]
Michael, Jenna, dan Kim. Christ, Lisa, dan Matthew.
Michael dan Jenna, sepasang kekasih. Jenna sudah hamil. Tapi, mereka belum menikah. Kim, selingkuhan Michael.
Christ dan Lisa, sepasang suami-istri; dan dengan perkataan ‘suami-istri’ maka keduanya sudah berada di dalam institusi pernikahan. Matthew, anak mereka.
Michael me-cinta-i Jenna. Namun, ketika hendak melangkah masuk ke dalam institusi pernikahan, Michael mengalami ketakutan, yang pada dasarnya disebabkan ketidak-siapan dirinya menghadapi institusi pernikahan. Karena ketakutan itu, dia pun melakukan perselingkuhan dan seks-bebas dengan Kim.
Christ me-cinta-i Lisa. Namun, ketika menyadari institusi pernikahan adalah perangkap bagi kebebasannya, dia pun memutuskan berpisah dengan Lisa. Alasannya sederhana, Christ dan Lisa sering bertengkar dan pertengkaran itu setidaknya terekam dalam memori Mathhew, anak mereka. Dalam benak Christ, pertengkaran yang mereka lakukan akan berpengaruh negatif terhadap Matthew. Karena ketakutan akan bayangan itu, Christ pun memutuskan berpisah; tanpa perlu melakukan perselingkuhan dan seks-bebas.
The Last Kiss memberikan jawaban, yang menurut aku lumayan menarik untuk ditelaah lebih jauh bagi mereka yang hidup dalam dunia yang semakin lama semakin menggila ini. Dalam bahasa Indonesia The Last Kiss berarti Ciuman Terakhir.
Dari film ini, kerja ‘cium’ mengalami penyucian. Ketika perkembangan zaman mensyaratkan kebebasan-tiada-batas (adakah yang bisa menolong menjelaskan apa dan bagaimana, jika memang ada ‘Etika Kebebasan.’), kerja ‘cium’ terdegradasi menjadi barang komoditi yang murah dan mudah dibeli jika Anda punya uang atau ‘cinta’ (lebih tepatnya proses kimiawi metabolisme tubuh yang merangsang hormon-hormon di dalam tubuh hingga akal mencetak kalimat ‘Ah, ini dia yang kucari. Sungguh ideal, sesuai dengan yang aku idamkan.’).
‘Cinta’ (baca: cinta dalam tanda petik) adalah pemberontakan posmodernisme terhadap metanarasi cinta yang dihasilkan modernisme. Cinta yang mengandung kesakralan terdeformasi menjadi ‘cinta’ yang dapat dirasionalisasi menjadi perubahan metabolisme tubuh yang mengakibatkan akal mencetak kalimat ‘Ah, ini dia yang kucari. Sungguh ideal, sesuai dengan yang aku idamkan.’ Dari pendekatan terakhir, maka tidak heran bila ada orang dari jenis kelamin tertentu mengucap ‘I Love You’ kepada 1.500 orang berbeda, entah kepada jenis kelamin yang sama atau berbeda (ada baiknya kita berharap ‘orang’ itu mengucapkan kata tersebut kepada orang lain yang berjenis kelamin beda dengan dirinya). Alasannya sudah diketahui sangat sederhana. Karena pengucapan kalimat ‘I Love You’ diakibatkan proses metabolisme tubuh, maka melalui rasionalisasi-saintifik pewujud-nyataan proses metabolisme tubuh tersebut dapat terjadi. Caranya tentu saja dengan mengkondisikan subjek dalam suatu lingkungan tertentu yang cocok untuk merangsang proses metabolisme tubuh yang akan mengakibat dia berkata ‘I Love You’ itu bekerja. Bila semua sistem bekerja dengan baik ‘cium-‘an pun terjadi. Kenyataan! [Karena itu, bagi Anda yang membaca artikel ini ada baiknya membuat penelitian faktor-faktor apa saja yang bisa menyebabkan sistem tersebut bekerja dengan baik; sebab sepengetahuan saya sistem ini masih bekerja di bawah hukum ‘kebetulan,’ bukan perhitungan matematis. Percayalah, Einstein belum menemukannya!]
Ketika keretakan terjadi, peluang pun bermain (untung ada ilmu statistika yang memperbincangkan hal ini dengan lebih mendetail). Pilihan ada dua, menyatu atau berpisah; dan keduanya memiliki peluang yang sama, 50 persen. Kenyataanlah menyimpan jawaban dan seturut perkataan bijak yang hidup ratusan bahkan ribuan tahun lebih ‘kita hanya bisa berharap.’ Itulah yang dilakukan Michael. Dia berharap dan berupaya agar bisa kembali menyatu dengan Jenna. Harapan itu muncul setelah dia menyadari bahwa ketakutan yang dialaminya, ketakutan yang menyebabkan dia berselingkuh dengan Kim, adalah ketakutan yang tidak rasional, ketakutan yang artifisial, ketakutan dikarenakan dia tidak mau terikat dalam metanarasi ‘cium’ yang sesungguhnya. Atas dasar kesadaran itulah dia pun berkorban dengan cara menunggui Jenna di teras rumah hingga Jena memulai percakapan pertama dengannya; penggarapan adegan ini diolah dengan sangat menarik oleh sutradara Tony Goldwin.
[Pembaca : Lalu bagaimana Anda menjelaskan Christ, Lisa, dan Matthew?
Penulis : Sesungguhnya, aku agak sulit menjelaskan hal tersebut. Namun di saat menonton film itu, aku melihat ada kesetaran posisi antara Kim dan Matthew. Retaknya hubungan 1,5 pasangan itu dikarenakan Kim dan Mathhew. Sebelumnya aku mau menjelaskan mengapa aku menggunakan ‘1,5 pasangan itu.’ Bagi aku, Christ dan Lisa adalah satu pasangan utuh yang sudah berada dalam institusi perkawinan; sedang Michael dan Jenna pasangan yang belum utuh dikarenakan belum masuk ke dalam institusi pernikahan.
Pembaca : Yah…, tapi rasanya itu terlalu berlebihan. Kau hanya mencoba memposisikan diri saja dalam soal posmodernisme. Bukan begitu? Ah, tak usah kau jawab, lanjutkan saja penjelasanmu tentang Christ, Lisa, dan Matthew.
Penulis : Hmm…, terima kasih. Tapi aku hanya ingin memberikan sedikit detail pada penjelasanku. God is in the details! (sambil menggerak-gerakkan kedua tangannya di depan wajah) Itu kata-kata Ludwig Mies van der Rohe. Entah siapa dia aku tidak tahu. Aku merasa kata-kata itu bagus dan aku hanya perlu mengingat kata-kata tersebut dan siapa yang mengucapkannya tanpa menyoal sejarah pengucap kata-kata tersebut.
Pembaca : Apa gunanya buatku? Bisa tidak langsung ke masalah. Waktuku semakin sempit (agak sedikit marah).]
Waktu (kesadaran berada di dalam waktu)! Waktulah yang menjawab segala konflik yang terjadi. Perpecahan Christ dan Lisa dikarenakan Matthew hanyalah alasan rekaan saja. Kepada Michael, Christ membuat pengakuan bahwa ketika ia memasuki institusi pernikahan, dia kehilangan kebebasan.
Padahal, menurut aku alasan sesungguhnya adalah ketakutan dalam diri Christ dikarenakan dia tidak menyangka bahwa institusi pernikahan memiliki segudang masalah yang rumit, mulai dari menggendong Matthew, mengganti popoknya, membelikannya susu, merawat kesehatan, dan itu belum lagi ditambah pertengkaran yang pasti bakal terjadi antara dirinya dengan Lisa dan itu harus dimanajemen agar tidak terekam dalam memori Matthew. Meski akhirnya memutuskan berpisah dengan Lisa, berdasarkan intuisi aku menilai bahwa mereka berdua pasti akan menyatu kembali (mungkin di dalam film berikutnya, The Last Kiss 2). [Harus aku akui tidak ada adegan yang bisa membenarkan dugaanku tersebut. Beruntunglah mereka yang memiliki intuisi!]
Sedang Michael, aku menyebutnya si pintar yang bodoh dan tolol, seperti pengakuan dia kepada Stephen, ayah Jenna, pun tak jauh beda. Di dalam film tersebut, Michael menyatakan bahwa perselingkuhan itu dilakukan karena ketakutannya tidak bahagia dan bla-bla-bla. Dan ternyata, ketakutan serupa pun dirasakan oleh Jenna. Jenna takut bahwa nantinya dia akan menjadi ibu yang tak ideal bagi anaknya, juga ketakutan akan hancurnya pernikahan yang bakal mereka jalani. Tapi, menurut aku ini pun masih terkesan artifisial juga. Semua ketakutan itu adalah dikarenakan institusi pernikahan mengandung kesucian dan kesucian itu harus dipertahankan bagaimana pun, seturut dengan keretakan kecil pasangan Stephen dan Anna, orang tua Jenna, yang telah menikah selama 30 tahun lebih. Dan The Last Kiss menjadi tapal batas antara yang profan dengan yang suci!
[Pembaca : Jadi, menurut kau film ini buruk, bagus, lumayan atau ada alternatif lain?
Penulis : Setidaknya, untuk 1 Januari 2006, ini adalah film yang baik. Drama yang menarik. Sedang alternatif lain: pengalaman adalah guru terbaik! Lu Cuma butuh beli DVD-nya seharga Rp5.000 di Glodok atau Rp6.000 di Mall Ambasador; dan karena itu berterimakasihlah pada para pembajak yang pada dasarnya mereka hanya memikirkan keuntungan rupiah tanpa menyadari bahwa kerja mereka itu ternyata memberikan kesenangan dan pelajaran berharga. Aku serius, pelajaran berharga! Jangan tertawa (dengan mata membelalak).]
[Deif-Feil]
No comments:
Post a Comment