Tuesday, 16 January 2007

resep #5

Rating:★★★★
Category:Other
Katamu: ketika kita curiga, kebenaran berbelok seperti cahaya yang masuk dalam prisma

Seorang kawan pada suatu pagi menawarkan kopi.

Aku takut kau tak suka. Karena menurut kabar kau penggemar kopi.
Baiklah, ini seduhan spesial. Bukan berasal dari kopi yang dijual di daerah sekitar sini.

Enak.
Bisa minta resepnya?

Aku tak menambahkan apapun. Cuma kopi-yang terlihat seperti hujan abu vulkanik gugur dalam bening gelas.

Menurutku, apa yang kita putuskan dengan perantaraan akal, kalah lambat dibandingkan prakonsepsi yang kelamaan bersedimen di otak kita. Persoalannya apakah kita pernah melakukan kritik terhadap otak kita sendiri. Memahamkan diri tentang bagaimana cara kerja mereka. Sehingga didapatkan suatu kesegaran, seperti aroma kopi yang begitu menggugah, pun sebelum kita tahu kopi itu akan disuguhkan pada kita. Biasanya aku bersandar pada pagi untuk memahamkan diri, dan kopi untuk menjaga agar aku percaya hari ini mesti lebih baik. Apakah kau sependapat denganku?

Aku seperti penggemar kopi.
Kau mendengar kabar itu.
Kau menyuguhkan secangkir.
Dan ini waktu pagi.
Kau memiliki keduanya, sebuah momen dan secangkir pengetahuan yang membuatmu memiliki keyakinan akan hari ini. Pengetahuan tentang kopi, aku dan dirimu sendiri.

Aku bagian dari momen.
Sedangkan keyakinanmu tetap menjadi milikimu.
Pagi ini milik kita.

Kataku; dalam prisma cahaya diurai menjadi pelangi, demikian halnya kebenaran.

widhy | sinau

No comments:

Post a Comment