Monday, 24 April 2006

RENT,

Rating:★★★
Category:Movies
Genre: Drama
antara HIV, DRUGS, PROFESI, CINTA, KEHILANGAN, UANG, MASA DEPAN, KESIA-SIAAN, HARI INI, ABADI, JUGA RUMAH

Bintang jalang Chairil Anwar menulis : Aku ingin hidup seribu tahun lagi.

'No a day, but today!' Tesis yang diajukan dalam film 'RENT' yang aku tonton, Sabtu, 22 April 2006. Penjabarannya : 'There is no future
There is no cash.'

'Five hundreds Twenty five thousands Six hundreds minutes!' Nonsens (?) Aku menjadi teringat risalah Mite Sisiphus Albert Camus.

Begitulah yang terjadi ketika saya menikmati film besutan Chris Columbus (nama ini aku sebutkan agar tulisan aku menjadi lebih perkasa. padahal, siapa dan apa yang sudah dilakukan mahluk 'Chris Columbus' ini pun aku tidak tahu sama sekali). Aku merasa menjadi orang tercerdas di dunia. Semua hal menjadi jelas; terang; tidak njelimet. Tapi, sesaat aku aku pun ingat; usai menonton film itu, aku hanyalah 'merasa' cerdas. Akibatnya, aku tidak merasa ada sesuatu yang salah dengan 'merasa cerdas'. Tak masalah!

Mark : Lelaki berkacamata, selalu membawa kamera, tinggal di apartemen tak mewah, bersepeda kemana-mana, tampak intelek, seorang anak yang selalu dirindukan oleh orang tuanya, bercita-cita membuat film dokumenter keseharian manusia, tak punya pekerjaan tetap, berorientasi seks kepada perempuan, mantan pacar Morren. Teman sekamar-kontrakan Roger.

Roger : Lelaki berambut ombak seleher, musisi memilih aliran rock, senang bermain gitar, mantan anak band, menjalani hidup penuh keputusasaan akibat kematian pacarnya karena HIV (tambahan: pacarnya tersebut users), tak punya pekerjaan tetap. Orientasi seksual kepada perempuan. Pacar Amy.

Collins : Lelaki berambut nyaris botak, suka minum-minuman beralkohol, tak punya pekerjaan tetap, tak mempercayai perpisahan sebelum akhirnya Angel meninggal dunia karena HIV. Orientasi seksual kepada orang yang mampu memberikan dia kasih sayang.

Angel : Lelaki yang memutuskan diri menjadi perempuan tanpa menghilangkan kelaki-lakian, maksud saya, alat kelamin lelakinya. Menjadi pacar Collins setelah membantu Collins yang terluka karena dipukuli penjahat jalanan. Punya uang banyak, entah dari mana dia dapatkan, aku tidak tahu. Jago main drum, sepertinya (aku menduga saja). Orientasi seksual : Collins. Akhirnya, meninggal dunia dan diakui oleh teman-temannya sebagai Perempuan/She/Her.

Joanne : Perempuan berkelakuan menyerupai lelaki. Tamatan sekolah hukum, bisa menjadi pengacara, bisa menjadi director panggung, anak semacam pasangan 'bangsawan' (orang kaya, maksud saya). Orientasi seksual : perempuan, dalam hal ini Morren, mantan pacar Mark.

Morren : Perempuan berkelakuan menyerupai lelaki plus perempuan. Pekerjaan : ? Keahlian : menyanyi (atau semacam itulah). Panggilan 'Babe' atau 'Baby' dapat menyebabkan dia jatuh cinta. Putus dari Mark, entah karena apa, menjalin hubungan dengan Joanne hingga akhirnya menikah. Orientasi seksual : tampaknya sudah jelas!

Mimi/Amy : Perempuan pengguna obat bius/users. Pekerjaan : penari telanjang. Menyukai, mungkin tepatnya mencintai Roger. Pernah sakauw, nyaris mampus (bila tidak bertemu Angel). Mantan pacar Benny, sebelum akhirnya bercinta dengan Roger lalu bertengkar hingga keduanya, atau tepatnya 'we dying in America // we wait coming tommorow' (gara-garanya, jealous atau, bagi penggemar bahasa Indonesia gaul: cembokur). Tinggal di apartemen hunian yang sama dengan Mark dan Roger. Kamarnya tepat berada di bawah kamar Mark dan Roger.

Benny/Benjamin : Lelaki botak. Berpakaian selalu necis. Pekerjaan : menurut aku, menyerupai pengelola kontrakan hunian Mark-Roger dan Mimi. Ia ingin menjual kontrakan Mark-Roger dan Mimi kepada investor yang berniat menjadikan kontrakan tersebut sebagai studio film. Pasalnya, para kontraktor (maksud saya, yang mengontrak di hunian 'milik Benny') belum membayar uang sewa. Teman Mark-Roger dan mantan pacar Mimi.

'Hidup adalah pinjaman // Apa yang kau gunakan untuk membayarnya?' Inilah tesis awal yang diajukan film ini. Mark-Roger dan Mimi mengontrak di hunian 'milik' Benny. Tapi, Benny tampaknya sudah malas menagih uang sewa. Akhirnya, dia memutuskan untuk menjual hunian tersebut kepada investor yang ingin menggubah kawasan hunian tersebut menjadi studio film.

'Five hundreds Twenty five thousands Six hundreds minutes!' /(Mungkin inilah yang dijadikan alternatif jawaban untuk menyelesaikan 'Life is Rent!'.)/ 'Season of love.'

Penyelesaian muncul dari aliansi : Mark-Roger-Joanne-Mimi-Morren-Tom, yang melabelkan diri menjadi : Bohemian! Usai pertunjukkan Morren di sebuah bangunan semacam gudang tapi lebih menyerupai aula yang berlangsung rusuh, aliansi Bohemian berkumpul di semacam kafe atau restoran. Di tempat itulah mereka bertemu dengan Benny. Dan, Benny bernyanyi : 'Bohemian is dead!' Tak kalah keras, aliansi Bohemian menjawab : 'Love me bohe'm!' Tak kalah pedas, aksi porno yang dipertunjukkan Morren kepada Benny dan dua orang lelaki yang berniat menjadi investor. Aksi porno dengan memelorotkan celananya, lalu memperlihatkan pantatnya sembari mengoyang-goyangkan pinggul kepada Benny dan dua orang lelaki yang berniat menjadi investor. (Saya pun menjadi teringat : Rancangan Undang-undang Anti Pornograpi dan Pornoaksi. Bukankah ternyata aksi porno atau porno-aksi merupakan bentuk perlawanan, kekesalan, ejekan, satir. Aksi porno atau porno-aksi tidak hanya sekadar merujuk pada terminologi yang mendominasi 'alam pemikiran' orang Indonesia, yakni mengajak nafsu untuk berfantasi menjadi bersetubuh.) Eksistensi!

Aliansi Bohemian pun terus memperjuangkan diri untuk menyelamatkan rumah. (Dalam hal ini, eksistensi. Bukankah ini menjadikan saya terlihat lebih cerdas?) Meski begitu, tanpa disadari aliansi Mark-Roger-Joanne-Morren-Tom minus Mimi, ternyata terjadi hal tak terduga. Mimi menghubungi Benny agar tidak mengusir mereka dari huniant tersebut. Benny pun menyetujui. Hal ini ternyata membuat Roger marah. Padahal, pada saat yang bersamaan, ide kreatif Mark berhasil mendapatkan uang senilai US$ 3000 per-episode dari sebuah perusahaan media elektronik. Masalah pun bertambah rumit, ketika Angel sakit. HIV yang menjangkiti tubuhnya menjadikan Angel hanya mampu berbaring di rumah sakit. Hingga, meninggal dunia.

'Aku tak pernah mempercayai perpisahan // Tapi, Angel membuktikan perpisahan itu ada' (Kira-kira beginilah hasilnya kalau nyanyian Tom Collins di Tempat Pemakaman Umum, usai jasad Angel dikebumikan, diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dengan menggunakan kemampuan saya.) Akibatnya, Roger dan Mimi pun saling menegaskan diri. Keduanya berpisah. (Sebenarnya, yang tidak menerima kenyataan, menurut aku, adalah Roger. Mimi cuma bertemu dengan Benny. Tapi, Roger tak mau tahu. Ia menuduh Mimi selingkuh. Padahal, Mimi mencintai Roger. Ah..., betapa memilukan, menggelisahkan, meresahkan. Trenyuh.)

Alhasil, semua kekerabatan itu pun tercerai. Chaos. Aliansi Bohemian pecah! Kematian, muncul terlalu dini (menurut saya), karena satu sebab: Ketidakpercayaan! Roger tidak mempercayai Mimi. Begitu juga Joanne tidak mempercayai Morren mencintainya, dan itu terjadi setelah mereka menikah. Semua menjadi asing. Terasing. Putus asa. Kematian, seakan sudah mendekati mereka semua; seperti kalimat yang terucap dari mulut seorang aktor--entah siapa dan apa pula fungsinya aku tidak tahu, yang pasti nyanyiannya oke--'Because my reason said // that I was died three years ago'.

Keterasingan itulah yang ternyata mereka hancurkan. Bermula putusan Roger untuk kembali menyatu dengan Mimi (penyebabnya : kerlingan mata Mimi selalu membayangi dirinya usai mereka menyatakan putus), Joanne yang kembali menerima Morren apa adanya, hingga Mark yang akhirnya menemukan cara, tepatnya semangat, untuk menyelesaikan film dokumenter yang sudah ia persiapkan selama setahun, Desember 1989 hingga 1990. Mimi pun ditemukan Joanne dan Morren dalam keadaan over-dosis. Sekarat. Akhirnya, mati dalam pelukan Roger (entah kenapa sosok Roger selalu, menurut saya, jatuh cinta dengan perempuan users); namun berselang beberapa detik, setelah kematian yang tak pernah mampu dinalar manusia dengan baik, Mimi hidup kembali. Alasan ia hidup pun sederhana. Mimi mengaku bahwa ia melihat cahaya terang, lalu melihat sosok Angel yang berkata kepadanya untuk kembali mendengarkan nyanyian Roger.

Dan, Mark pun bernyanyi : 'There is no future
There is no cash.'
Roger membalas, kalau saya tidak salah, 'Thank's God, it isn't lie'
Mereka pun bersepakat : No A Day But Today. (Melihat premis tersebut, saya menjadi teringat tulisan saya, Hari Ini Adalah Keabadian.)

Binatang jalang Chairil Anwar menuliskan : Aku ingin hidup seribu tahun lagi. Sedikit mengajukan penilaian, usaha yang dibuat Chairil ternyata sia-sia. Dia mati muda. Kematian, memang bukan sesuatu yang dapat dikendalikan manusia. Meski begitu, saya harus mengucapkan kekaguman saya terhadap penyair yang menghabiskan waktu hidupnya untuk menyadari kematian bukan sebagai bentuk kesedihan, tapi pembebasan. Bukankah dibagian awal puisi 'Aku' Chairil menulis : 'bila sampai waktuku // ku mau tak seorang pun kan merayu' dilanjutkan dengan 'tak perlu sedu sedan itu'. Chairil sadar, ia tidak akan abadi. Meski begitu, kematian bukanlah kepedihan; tapi sebuah perayaan eksistensial! Kebahagiaan! Demikianlah, 'No A Day But Today' setara dengan 'Aku ingin hidup seribu tahun lagi' dalam format dan penjelasan yang berbeda, namun sama merasakan bahwa hidup itu tak lain kepedihan belaka. Meski hidup memedihkan, RENT menawarkan tak perlu hari esok, cukup hari ini yang menjadi kenyataan. Sementara itu, Chairil mengumandangkan : meski hidup pedih perih, keabadian ada di ujung jalan; dan itulah yang seharusnya menjadi target manusia. (Pfuh..., sosok yang dalam penyebutan saya menjadi romantic hero.)

Bila sudah demikian, kesiasiaan sajakah yang mengisi hidup kita yang begitu memerihkan? Albert Camus, lagi-lagi agar saya tampak cerdas, melalui pemikiran absurditas menegaskan tidak ada yang berarti, segala hal menuju kesiasiaan. Ciptaan Tanpa Hari Esok, bab terakhir, kalau saya tidak salah, menjadi judul esei panjang Mite Sisifus. Dan, RENT sedikit banyak melakukan revisi, seperti yang terjadi pada tesis Chairil. Memang hari esok tidak perlu diharapkan, tapi hari ini harus menjadi kenyataan; dan tak perlulah kita menjadi asing didalam kenyataan itu sendiri. 'There is no future // There is no cash'; sebelumnya semua karakter bernyanyi : 'We dying in America! // We wait coming tommorow'.

Begitulah RENT mencerdaskan saya. Film musikal ini menawarkan jalan cerita yang menarik, meski terkesan monoton, bagi saya. Tapi, kesan itu hilang dengan kematian Angel. Selanjutnya, film pun berakhir happy-ending yang digarap dalam suasana kepedihan bercampur harapan. Mungkin, karena itu pulalah saya tidak terlalu menyukai film RENT ini; sebab bagi saya perdebatan atau pun penceritaan klasik eksistensi rasanya terlalu melebih-lebihkan segala sesuatu yang bersifat manusia, hingga manusia melepaskan kemanusiaan. Untuk menjelaskan secara lebih logis ketidaksukaan saya, Anda harus membaca paragraph terakhir dari tulisan ini.

Satu hal yang mengecewakan hadir di cover DVD RENT. Dalam bahasa Inggris disebutkan bahwa film RENT merupakan film terbaik tahun ini. Membaca itu, saya lalu melihat kapan film tersebut dibuat. 2006. Saya pun sadar; 2006 belum berakhir. Dan, RENT bukan film terbaik tahun ini. Mungkin, RENT film terbaik pada Sabtu, 22 April 2006.

[Resensi ini kubuat sambil bermain bola, bernyanyi, menghisap rokok, makan mie, bengong, menggonggong, memintal kain, berjemur, memancing, menggeleng kepala, minum kopi, naik sepeda motor, lempar lembing, diam di lampu merah, meloncat-loncat, arghhh......, malam, perahu tenggelam, naik tangga, berlari, pfuh..., memusingkan, menggelisahkan, meresahkan, menggatalkan, mengganggu, sedikit mencerahkan, memualkan, bahkan memuntahkan segala yang ada didalam pikiran aku (mudah-mudahan, semua terjadi secara sadar). --David Tobing--]

No comments:

Post a Comment