Thursday, 6 April 2006
A2O2
A2O2
Seorang kawan yang sedang gandrung Picasso. Seorang lagi menunggu
isterinya yang mau melahirkan. Satu lagi ingin jadi pengamen. Satu lagi
berubah pucat setelah mendengar Whiter Shade of Pale-Procol
Harum.
“Aku menunggumu sekarang masih di Singapura”.
“Transit!”
“Bukan!”
“TranShit”
Perjalanan mulai tidak nyaman. Langit biru pucat. Dengan siapa kita
sedang berhubungan. Picasso tersenyum. Biru itu warnaku. Duka. Warna
tanah jajahan. Padahal orang-orang disana senang berpakaian
warna-warni. Afrika. Mungkin karena kulit mereka hitam. Mereka
melambai senang seperti bendera. Aku tidak suka menggambar
bendera.
Aku suka warna pastel.
Sibuk amat!. Karena senang musik. Ahmad Albar memberi pohon jambu mede
ke orang yang menolongnya mencari penginapan pada sebuah malam yang
basah oleh hujan. Pohon itu ditebang untuk pembebasan jalan.
Sekarang, yang terpenjara orang-orang, di jalur bebas
hambatan. Angan-angan mereka tidak lagi dapat dikenali. Rasanya tanpa
nama, bukan tipis tebal, bukan atmosfir, bukan cuka, disebut A202.
Kalau 212 saya paham. A202 saya baru tahu, butuh Saunniere untuk
menterjemahkannya.
Download aja mas! Di wikipedia juga ada. Tidak. Ini kamus bawah
sadar bung. Dari trash can atau recycle bin. A202 terjemahan dari
syntax error:
Menjemukan
Hidup
Menjemukan
Hidup
Tak usah lahir
Terlanjur hamil
Kenapa
Biar tidak
Hamil?
Menjemukan
Kau yang rajin masuk
Jadi?
Hamil
Menjemukan
Siapa
Kau
Beli kopi dong!
Sama saja
Kenapa
Menjemukan
Sengit
Tidak
Sangit
Iya
Bau anakmu
Sangit
Bukan
Matahari
Sejak kapan matahari bau
Sejak kau ada
Sial
Iya
Jangan lahir
Kenapa
Sangit katamu!
Bukan
Matahari!
Panas
Buka jendela
Biar baunya keluar
Tapi matahari malah masuk
Biar
Kenapa
Supaya tidak menjemukan
Tapi sangit katamu
Biar
Baca ya di blog
Kenapa
Karena mahal downloadnya
Kenapa
Bayar pakai uang
Langsung saja bilang tidak punya
Apa?
Uang
Bukan
Akses
Tidak ada akses artinya tidak menghasilkan uang
Sok pintar
Memang
Sok tahu
Biar
Anakmu?
Bukan
Aku cuma membawanya di perutku
Masa?
Sumpah, dia milik umum, public figure gitu lho
Belum lahir
Sudah ada dikoran
Aku
Bukan
Anakmu!
Enak saja
Kau jadi aku
Aku jadi kamu
Percakapan ini jadi apa?
Lihat di blog
Tapi aku tidak bisa upload
Kenapa
Recycle bin
Trash.
Kamu gondrong sih
Biar
Jadi
Aku saja yang merawatnya
Namanya: A202
Mirip buku
Masa
Artinya
Apa saja sesanggupmu mengucapkan kata
Ah ah ah
Oh oh ohhhh Ooohhh
Ahhhhhh
Gila
Picasso
Ngamen
Di
Balai kota
Awas digusur seperti di Tisna
Itu seniman
Bukan
Picasso
Bukan seniman?
Iya
Dia A202
Ah ah ah
Oh oh ohhhh Ooohhh
Ahhhhhh
Jangan mulai
Masih bisa
Apa
Meski hamil
Apa?
Main
Jorok
Jangan lahir
Sudah jadi cerpen
Sudah
Buktinya kau baca
Kau mengerti
Tidak
Ampun
Sama-sama
Kita sms-an saja
OK
Pakai gambar ya
Mana bisa hamil
Bisa
Bagaimana
Picasso, masa lupa
Ok
Di losmen bertiga. Satu lagi jadi baso di wc.
Cepat guyur
Ok
Sakit?
Jangan tanya
Sangit
Sangat maksudmu?
Sangit
Seperti matahari?
Iya
Ini mirip dengan sampah. Memang sampah. Aku temukan dalam tong sampah.
Jika kau baca dengar benar. Maka, artinya belajar membaca. Dunia.
Angka. Kata. Simbol. Mitos. Kau saja yang kurang pandai berlagak gila.
Masa?
Jangan mulai lagi, ah.
Riff (dengan nada keras)
Gw pesan kopi, David yang bayar.
Jangan duit melulu yang dipikirin.
Neh.
Seniman juga perlu kaya.
Untuk apa?
Bukan untuk kepuasan batin, bukan untuk masturbasi, bukan untuk pelampiasan spiritual, bukan untuk yang banyak orang bilang.
Seniman butuh hidup.
Dimana?
Di dunia. Seniman butuh dunia.
Setuju deh. Tapi, yang mirip seniman juga mau belajar seni.
Terserah abang. Jadi seniman susrah susrah gamprang.
Gak jadi deh.
Boleh.
Seniman kayra aja, bukan karya.
Karya susrah, kayra susah.
Seniman jangan gagap ah.
Ia, tidak boleh.
Kita terbitkan saja buku. Cara mudah Dan Singkat Menjadi Seniman.
60 Menit Menjadi Seniman.
A202 bukan masalah seniman bung!
Tapi pertanggungjawaban.
Itu moral individu. Jika tidak mengerti kasih saja kertas tissu itu ke Benyamin.
Kemana yang lain?
Kabur, kepingin kaya.
Susah?
Tidak.
Susah?
Iya.
Sok tahu.
Biar. Hidup katanya singkat.
Aku cemburu pada semua.
Bukan pada kaya.
Kepada mirip?
Sialan.
Siapa.
Cemburu.
Iya. Itu pembunuhan pertama.
Kemudian.
Semuanya hilang.
Jadi seniman.
Bukan.
Jadi maling.
Curi apa?
Tidak ada.
Cuma kejernihan.
Mengendap seperti lalat. Dimatanya ada seribu mata kecil.
Aku melihatnya setiap hari. Menduga-duga siapa diriku.
Untung kopiku tidak terbuat dari sampah. Kopi pahit. Cuma lalat hijau yang suka mendekat.
Untuk apa?
Tidak tahu.
Hmmm, itu A2O2.
(widhy | sinau)
Labels:
penulis
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Ini baru namanya cerita. Penuh dengan karangan. Ini namanya bukan penjelasan, sebab penjelasan harus sesuai dengan kenyataan. Penjelasan itu harus logis, (katanya sih....). Memang, menurut gua, yang namanya cerita itu harus tidak logis, tidak masuk alam nalar. Namanya juga cerita. Bukan berita.
ReplyDeleteSayangnya, cerita ini tidak memberikan sesuatu yang menggelisahkan. Tapi, kalau menggilakan ada. Itu masih kuranglah menurut aku, Mas. Kegilaan tanpa kegelisahan itu sudah biasa. Bukankah orang gila tidak ada yang gelisah? Dan, orang gelisah biasanya tidak ada juga yang gila. (Mungkin, bisa jadi nantinya bakalan gila. Tapi, itu nanti. Hanya Tuhan yang tahu.)
Sebenarnya, gua mau banyak nulis disini, tapi gua mau posting dulu lah. Oke. Sampai jumpa di kedai Mas.......