…sambil minum kopi
ngobrol sana-sini, sambil ngaduk-ngaduk kopi eh jangan bawa ke hati,
(entar sakit)…ngobrol di warung kopi, nyentil sana dan sini, sekedar
suara rakyat kecil bukannya mau usil…
(lagu pembuka siaran Warkop DKI di radio Prambors)
ngobrol sana-sini, sambil ngaduk-ngaduk kopi eh jangan bawa ke hati,
(entar sakit)…ngobrol di warung kopi, nyentil sana dan sini, sekedar
suara rakyat kecil bukannya mau usil…
(lagu pembuka siaran Warkop DKI di radio Prambors)
Awalnya sepi.
Adam dikenalkan Hawa yang terbuat dari rusuk kirinya.
Hawa demikian orang Indonesia memanggilnya adalah bumi. Semua dewa yang
disebut oleh agama langit dan agama bumi merujuk pada Hawa, sang
perempuan, sang bumi, motherland. Dimanakah Adam?
Adam adalah petualang yang suka merusak keindahan bumi. Hidupnya
menumpang, berpindah, narsis, urakan, posesif, namun tetap merindukan
rahim Hawa. Rahim tempat jeda jiwa avonturir sang Adam yang selalu
membuat ‘peta’ kekuasaaan-awalnya cuma ada satu Hawa, satu Bumi dan
dari sini sejarahpun bermula.
Sejarah yang kebanyakan ditulis oleh Adam untuk mendokumentasikan
petualangannya, mencari Hawa, menjelajahi tubuhnya dan menandai
daerah-daerah dengan kencingnya, agar Adam lain ‘mengakui’ bahwa dialah
yang berhak atas kepingan tubuh Hawa di bentang alam sebelah sini.
Orang menyebutnya geografi. Ilmu tentang gambar letak tubuh Hawa.
Sejarah geografi adalah cerita tentang bagaimana sang Adam memetakan
tubuh Hawa sehingga terasa benar adanya. Christoper Columbus salah
mengira ketika ia merasa telah sampai di India dan kepulauan Hindia,
padahal ia sampai di Karibia. Di Indonesia kita belajar sampai sekarang
bahwa ia penemu benua Amerika (lihat cerita kepahlawanannya di
SpaceToon). Di tanah Amerika hidup bangsa Indian (sebutan yang salah
karena asumsi yang salah) yang berawal dari Alaska, menjelajahi daratan
luas Amerika Utara, bangsa Eskimo (Indian Alaska) memiliki nenek moyang
dari Cina Utara yang berbatasan dengan negara Rusia (d/h Republik
Soviet). Menurut Darwin cara bertahan hiduplah yang membuat sebuah
kebudayaan berbeda satu dengan lainnya. Maka, ada bangsa Indian gurun,
Indian savana, Indian salju Alaska, dan Indian Rocky Mountain.
Adam terus menjelajah, menandai tempat-tempat dengan kencingnya.
Thomas Cook menyatakan menemukan Australia yang telah dihuni oleh
bangsa Aborigin dan Maori (di Indonesia orang Papua), salah satu suku
bangsa di wilayah Pasifik. Dalam catatan perjalanan bersejarahnya ia
mengungkapkan bagaimana ia ditolong oleh orang Maori ketika awak
kapalnya menderita penyakit aneh. Sehingga mereka memakan buah masam
mirip mangga yang disuguhkan dalam pesta oleh masyarakat tempatan. Buah
itu akhirnya disebut tuan Cook sebagai sourkraft. Ketua suku Maori
mempertanyakan maksud kedatangan tuan Cook, untuk keperluan perang atau
damai. Tuan Cook menjawab dengan santun seperti layaknya bangsawan dari
negeri beradab, untuk damai. Pesta diadakan untuk menyambut tamu yang
datang, awak kapal sembuh, tuan Cook diberikan ‘peta’, arah menuju
Australia.
Pada penjelajahan ketiga, tuan Cook mati (di Hawaii) dalam perang,
rekan Cook menyebutnya sebagai ‘perselisihan’, ketika ingin menandai
jazirah Pacifik sebagai wilayahnya, di buku sejarah namanya tetap harum
sebagai penemu benua Australia.
Hawa terus menderita seiring dengan jiwa avonturir Adam, dalam
statistik peperangan, korban paling banyak bukanlah prajurit Adam yang
gagah perkasa, tapi ibu, Hawa, dan keturunan mereka yang belum tahu
apa-apa. Adam memang memiliki hasrat luar biasa untuk menaklukkan Hawa.
Berbagai kebudayaan runtuh karena peperangan dan ambisi Adam. Sejarah
mencatat penaklukan atas tubuh Hawalah satu-satunya motif yang paling
masuk akal. Motif lainnya cuma kosmetika. Benturan peradabanpun
lipstick belaka, bau kencing di atas tanah yang kaya adalah sejarah
yang harus tertulis dengan tinta emas.
Mengapa
bumi ada. Karena Adam kesepian. Dalam cerita Ramayana, Rama bahkan
mencurigai Sinta telah berselingkuh, Sapardi Joko Damono
menggambarkannya dengan bentakan Rama,…kau sudah tidak perawan lagi.
Kerja paling keras Adam adalah memerawani tubuh Hawa, mengobok-obok
bumi. Kegagalan sebuah peradaban untuk bertahan adalah nafsu besar kaum
Adam dalam membuat monumen sejarah dengan cara apapun sampai lupa, bumi
juga punya logika kuasa. Dalam bahasa sekarang, peradaban hilang
disebabkan oleh ketidakmampuan melanjutkan hidup yang berkelanjutan
atas dasar sumberdaya alam yang dimiliki. Disinilah bermula sejarah
kolonialisme. Sejarah geografi sudah dimulai jauh sebelumnya,
pembentukan imperium tanpa logika ekonomi sudah ada lebih dulu. Logika
ekonomi terbentuk ketika peradaban sudah mengenal barang dan jasa
sebagai komoditas. Kesepian Adam bertambah dengan logika ekonomi dan
logika wilayah. Lengkap sudah penderitaannya Hawa, Tahta, dan Harta.
Awalnya di Ethiopia, kambing-kambing jadi gemar kawin setelah makan biji-bijian yang kemudian disebut kopi.
Dalam pelajaran ekonomi di SMP dikenal beberapa cara untuk membuat
kebijakan ekonomi yang berkaitan dengan perdagangan. Salah satunya
adalah kuota, yang mensyaratkan jumlah tertentu dalam barter komoditas
antar negara agar tercapai harga seimbang pada suatu waktu tertentu.
Bagaimana jika komoditas itu berlebih? Ingatan saya terbentur pada
catatan tentang kopi di Brazilia yang dilarung ke lautan Atlantik untuk
mempertahankan harga di titik keseimbangan. Di Inggris krisis kopi
setelah perang dunia kedua (1945-1960) dicatat sebagai awal kebijakan
pemerintah Inggris yang membatasi aturan kepemilikan kopi-kuota bagi
para pedagang. Komoditas lain dalam pelajaran sejarah kolonialisme di
Indonesia menyebutkan cengkeh, lada, tebu sebagai tanaman untuk
memenuhi kantong negara kolonial, bukan untuk mencukupi kebutuhan,
tanaman yang tumbuh di bumi begitu saja berubah jadi tanam paksa.
Biji-bijian pembangkit libido kambing jadi pembangkit libido manusia
(ssst—kalau
orang Arab terkenal suka kawin, dilarang saja minum kopi dan makan
daging kambing, ini tentu membuat rasa aman bagi komoditas unggulan
Indonesia: TKW, lagi-lagi Hawa)
orang Arab terkenal suka kawin, dilarang saja minum kopi dan makan
daging kambing, ini tentu membuat rasa aman bagi komoditas unggulan
Indonesia: TKW, lagi-lagi Hawa)
Menurut Foucault relasi yang diciptakan berkaitan dengan petualangan
Adam menaklukan Bumi adalah realitas politik laki-laki (patriarki)
untuk melakukan rekonstruksi asal usulnya (geneologi). Realitas
tersebut harus diciptakan lewat sejarah. Untuk apa sejarah? Untuk
menciptakan asal usul. Untuk menciptakan otentisitas, yang merupakan
jebakan awal Adam ketika ia masuk ke dalam dunia akal,
normatif-positif: ciptaannya. Dunianya dulu adalah intuisi, afeksi,
etis, dekat dengan rahim Hawa. Cinta Adam ke Hawa harus otentik, harus
bisa dibuktikan, tuan Colombus dan tuan Cook mati-matian mencari hal
itu, juga para petualang lain dan calon petualang. Orisinilitas tetap
pada Hawa; keindahan bumi, dimana tanaman dan mahluk lain tumbuh
diatasnya. Yang ada ketika Tuhan mengatakan: kun-jadilah. Dan bertebarlah di atas BumiKu, kenalilah perbedaan diantaramu agar kau lebih mengenal Aku.
Asal
usul dicari untuk mengenal sejarah, sejarah Tuhan, sepertinya. Di kedai
sepi, tepat jam 1/2 satu malam, mendengar lagu Koes Plus, sejarah
penolakan lagu ngak-ngik-ngok di tahun 1965 tebersit. Kopi campur susu
hampir tandas. Kopi juga pernah dilarang karena datang dari sebuah
peradaban lain, itu kata sejarah juga. Koes Plus pengekor Amerika dan
budaya Barat, juga dilarang karena cengeng (sehingga menghilangkan
semangat revolusi-agresi) oleh presiden penggemar kaum Hawa.
Hawa dieksploitasi, peradaban ternyata bubar. Bangsa Sumeria, Maya,
Aztek jauh sebelum Spanyol dan Portugis datang telah sampai pada puncak
kejayaannya. Kemudian jatuh karena bumi disakiti, sekarang terbukti
dari artefak bahwa bangsa-bangsa tersebut kekurangan pangan karena
salah urus pertanian, bumi dirusak. Spanyol dan Portugis datang;
laki-laki dibantai, perempuan dikawin sehingga cuma ada keturunan:
keturunan penjajah, lahirlah para mestizo-campuran. Beberapa abad
kemudian mestizo ini mencari sejarah, mencari orisinalitas, sejarah
otentik tidak dibutuhkan lagi: mereka mencari rahim dimana mereka
dilahirkan, mencari Hawa-menghapus bau kencing penjajah. Di semua
belahan dunia, bekas negara jajahan melakukan hal yang sama. Entah di
Indonesia.
Bagaimana dengan sang petualang? Ia terus menciptakan sejarah baru,
otentisitas. Tubuh Hawa terus dijamah, kuasa baru diciptakan dengan
hasrat lama yang terus dirawat, diturunkan antar generasi. Diciptakan
relasi kuasa baru sesuai dengan semangat jaman. Salah satu anaknya
bernama:
Pornografi.
Isu sensitif, karena memperlihatkan daerah-daerah sensitif. Secara
etimologis pornografi adalah sebuah produksi material: audio, visual
dan audiovisual, yang terpapar secara eksplisit yang bertujuan dan atau
menyebabkan terbangunnya keinginan/nafsu seksual. Dalam dunia sejarah
Adam, Hawa jadi korban dua kali, pertama objek paparan seksual dengan
dikuasainya tubuh. Dan kedua, korban yang diam karena tidak memiliki
(terkuasai) kontrol untuk menyatakan protesnya. Apakah perempuan suka
melihat laki-laki telanjang, menurut penelitian, ya! Bahkan setelah
senggama banyak perempuan yang suka melihat penis laki-laki. Wadda Thing!
Apakah laki-laki suka melihat perempuan telanjang, Playboy membuktikan
itu; dalam beberapa tahun Playboy memiliki tiras sebagai majalah
terlaris di Amerika Serikat. Pembelinya sebagian besar laki-laki,
kasihan, ingin menguasai Hawa bahkan sampai pada gambar imajinasinya.
Picasso kabarnya bersetubuh dengan lukisan telanjang perempuan karya
Modligliani yang kebanyakan diinspirasi dari istrinya. Padahal sebagai
seorang Marxist ia mengharamkan komoditas tubuh sebagai komoditas
seksual. Picasso menjadikan komoditas seksual sebagai domain privat
dibandingkan domain publik, bukan cuma pada tubuh namun juga pada
gambar tubuh. Picasso mungkin taat karena dia Marxist, dan ruang
hidupnya dikuasai oleh penguasa yang memiliki pandangan yang sama.
Sebelumnya sejarah Picasso berbeda, ia prihatin terhadap kaum papa di
sepanjang Spanyol dan Prancis, gambarnya realis namun muram. Pada masa
awalnya juga Picasso melihat Afrika sebuah daerah jajahan sebagai
sebuah tempat eksotis, entah apa yang terbetik, gaya kubisme yang
diusungnya berhubungan erat dengan patung, typografi Afrika, tanah
jajahan (bangsa Eropa). Setelah masuk partai komunis Prancis (1944) ia
anti-Amerika, dan pelarangan atas komodifikasi atas tubuh menjadi
ideologinya. Pelukis perempuan telanjangpun ketika ‘otoritas’
berkuasa memiliki pandangan berbeda jadi pengikut ‘otoritas’. Ada yang
disebabkan takluk dan takut, ada yang disebabkan percaya dan yakin.
Namun hal yang paling absolut dalam keabadian adalah: perubahan itu
sendiri. Apakah pornografi termasuk penjajahan atas tubuh? Atau
pembebasan? Atau keduanya karena semua hal terus berubah? Juga terhadap
tubuh.
Diktum
dasar kekuasaan adalah penguasaan atas tubuh. Adam melakukan itu selama
berabad. Dalam kuasa Adam libido adalah utama, sehingga penyembuhan
atas kesakitan pengekangan adalah pembebasan atas tubuh sendiri, karena
yang lain ternyata tak tertaklukan.
Mengapa penjajahan atas tubuh bumi terus berlangsung. Karena setiap
generasi mempelajarinya. Darimana, sejarah. Sejarah yang berusaha
meniadakan yang lain. Seperti kisah petualang. Sia-sia membuat satu
macam sejarah, karena tetap akan ada ‘yang lain’. Kontestasi ini akan
berulang dalam modus yang sama, instrumen berbeda. Sejarah pula yang
akan mencatatkannya. Asal-usul dalam kontestasi ini diperlukan untuk
mengentalkan identitas, bahwa aku ada, kau ada, kita berasal dari rahim
yang sama, menumpang di tubuh Hawa yang sama, kenapa harus perang?
Doc- Perjalanan kita adalah sejarah balas dendam.
Wyatt-Tapi untuk apa?
Doc-Untuk terlahir kembali.
(percakapan Wyatt Earp dengan Doc Holiday dalam filmTombstone)
Ssssst:
Sejarah dalam bahasa Indonesia diambil dari bahasa Arab syajarah: artinya akar.
Sejarah bahasa Inggrisnya his-story (not her).
Doc
Holiday meminum whiskey seperti meminum air putih (saingan Djenar Maesa
Ayu), setelah TBCnya parah Doc Holiday minum kopi dan whiskey sampai
ajalnya, sedangkan Wyatt Earp adalah penakluk dan pejantan, tak pernah
sekalipun tertembak, juga pendongeng tentang wilayah Barat yang
ganas. (Wild West-who’s the wildest anyway?) yang ulung, mungkin
seperti cerita Kho Ping Ho.
Bangsa
Indian dan orang taklukan lain kini tinggal di daerah reservasi, baik
di Amerika maupun di Australia, kebijakan ini mirip dengan tumbuhan
yang dikonservasi, walaupun tujuannya berbeda. Tidak mengejutkan karena
Indian Amerika, Papua di sebagian Indonesia, Aborigin di Australia
bukan ‘musuh’ cuma karena tidak bertebaran-berdiaspora. Jiwa
penaklukan, penjelajahan yang menyebabkan sesama mereka menjadi
‘musuh’, perang besar bisa saja disebut konflik, atau perselisihan
kecil, tergantung siapa yang mencatat.
Dalam agama samawi ‘ terlahir kembali’ cuma lewat jalan: memaafkan.
Sederhana ya. Iya, gak ada yang rumit!
Ahli
matematika membuktikan titik origin (asal) adalah pertemuan,
persinggungan (intersection) dari berbagai sumbu, dalam sistem
koordinat. Dalam bahasa manusia perjumpaan adalah: nol. Maaf adalah
memulai dari awal. Sehingga bahasa benturan cuma layak dialamatkan pada
seorang petualang paranoid megalomaniak yang ingin kencing dimana-mana
sambil meniadakan yang lain.—dulu ditembok sekolah ada
pengumuman—dilarang kencing, kecuali anjing.
Dan cerita kopipun berlayar sampai ke metafora dan wilayah lain. Adam
masih Adam yang dulu. Pengembara kesepian, yang iseng sendiri. Masih
suka berseteru dan mencari musuh. Lempar dadu, waktu lalu
berlalu…sambil berseru Hawa, Hawa where are thou…sambil
terus menerus merusak tubuhnya, meracuni pikirannya…dengan imajinasi
tentang Hawa, bumi, dan tempat bernama rahim yang artinya kasih sayang.
Adam menaruh benih disana, cuma untuk melanggengkan riwayat, atau
sejarah: tentang asal usulnya. Hawa merawatnya cuma dengan satu kata:
maaf.
(widhy sinau)
No comments:
Post a Comment