Sunday, 26 February 2006

Jurus Menawan Tuhan

Poet Corner #4 menunda pembicaraan tentang cinta, karena ada
kawan-kawan yang ingin membicarakan rahasia, tentang Tuhan katanya.
Kebetulan Arief sang pecinta tidak dapat hadir, maka tawaran berbicara
hal-hal yang rahasia selalu menjadi menarik. Sayangnya rahasia itu
belum boleh sampai ke meja pembaca, karena rahasia dan para penulisnya
ingin membuat kita ternganga. Sayangnya malam itu Poet Corner #4 tidak
pandai membuka tabir rahasia, karena disibukkan oleh pemikiran tentang
pembuktian mengenai sejarah Tuhan dengan konsep material-historis,
bukan pada kumpulan puisi yang menjadi sebuah jurus yang kabarnya akan
menggemparkan dunia persilatan puisi. Jurusnya pun rahasia, saya
membuat tiruannya; Jurus Menawan Tuhan.



Fungsi dari jurus rahasia itu adalah  religiuitas +paradoks : (absurditas-logika)

f(jr) r+p:(a-l), dimana;

jr adalah jurus rahasia,

r=religiuitas

p=paradoks

a=absurditas

l=logika

selanjutnya kita bermain dengan kata-kata plus matematika. JR ini
sendiri menarik karena seolah kumpulan puisi ini menawarkan sesuatu
untuk didiskusikan dengan pisau bedah tersendiri, pisau bedah yang
dibuat oleh sang penulis, seperti kisah keris Mpu Gandring yang memakan
jiwa sang Mpu, yang merasa menjadi ‘pemilik’, apakah JR ini akan
bernasib sama. Atau dimaksudkan sebagai semacam Tai Chi yang bisa
dikuasai semua orang, jika demikian maka JR ini akan menyelamatkan
semua orang, termasuk si penemu jurus.



Sebelumnya saya mencoba mendefinisikan dan membuat batasan mengenai masing-masing variabel dalam JR menurut pengertian kamus.

r=seseorang yang sedang belajar
dan mengajarkan agama, seseorang yang sedang melakukan praktek ibadah
keagamaan, seseorang yang berkesadaran total, seseorang yang taklid

p=sesuatu yang berlawanan dalam
dirinya sendiri, suatu pernyataan yang terlihat absurd (tidak masuk
akal sehat) namun mungkin saja benar, sesuatu yang secara umum dianggap
berbeda atau tidak konvensional

a=sesuatu yang tidak masuk akal, konyol, tidak memberi arti apapun pada kehidupan.

l=sesuatu yang mustahil untuk
dihindari, sesuatu yang menjadi dasar pembuktian induktif dan deduktif
sehingga menjadi masuk akal, bahasa komputer sehingga dengan cara
tertentu orang bisa mengoperasikannya.

Pengertian kamus ini coba diberikan dulu sebelum kita akan bermain
dengan pengertian-pengertian lain yang dimungkinkan untuk dijadikan
rujukan untuk menjelaskan jurus rahasia ini.



Sebelumnya saya mengingatkan ini sama sekali bukan ceramah agama,
ceramah tentang Tuhan, walaupun lebih banyak bicara tentang Tuhan, dan
terkadang butuh sisipan referensi agama, ini cuma cuap-cuap bahasa
hasil provokasi forum Poet corner #4, saya cuma ingin melihat apakah
jurus ini jurus kembang atau jurus inti, atau sama sekali bukan jurus
atau sama dengan jurus lari. Selamat bermain.



Apa yang indah dari Tuhan adalah pencariannya itu sendiri, sebab
keindahan dari Tuhan sudah menjadi bagian dari dzatNya, bagaimana kita
bisa mencari dan menemukannya. Saya menyebutnya sebagai Jurus Menawan
Tuhan.



Dostoevsky menyatakan ‘…jika Tuhan tidak ada, maka kita akan
menciptakannya.’ Jadi sejarah tentang Tuhan adalah sejarah kebutuhan
akan hadirnya Tuhan dalam kehidupan kita, mengapa, karena Tuhan
sejarah, Tuhan ideologi, Tuhan agama tetap dibutuhkan oleh setiap
manusia. Manusia bisa saja mengganti Tuhan setiap hari seperti
mengganti celana dalam, namun tetap saja ia menciptakan Tuhan dan butuh
kehadirannya. Tuhan sejarah menurut Erich Fromm adalah tuhan yang dekat
dengan pengalaman bathin, tumbuh kembang seseorang, sehingga ketika
dibayangkan ia bukan menjadi benda/sesuatu yang asing. Jika menjadi
asing maka ia menjadi tuhan ideologi; ketika sebuah konsep merebut
tempat realitas dimana manusia berpijak, maka ia bukan lagi sesuatu
yang merupakan sejarah konkret manusia sebagai produsen gagasan, yang
nantinya dipengaruhi oleh ruang sosial-politik. Apapun namanya kita
mencipta Tuhan bukan sekadar mencarinya.Ini dimulai sejak Adam
terlempar dari surga dan berusaha menawan kembali Tuhan. Tuhan agama
bisa menjadi tuhan sejarah, bisa menjadi tuhan ideologi, untuk menjadi
tuhan sejarah yang dekat dengan urat leher kita maka dibutuhkan sebuah
jurus; Jurus Menawan Tuhan.



Tuhan dalam JR di Poet Corner #4 gagal ditemukan dalam susunan
kata-kata karena diskusi yang berlangsung memang tidak berusaha
mencarinya pada puisi yang terhidang. Jika tidak hadir bagaimana kita
berdialog, walaupun hadirnya tuhan masih dalam tataran kata-kata dan
imajinasi di kepala. Bahkan membuatnya menjadi fiksi juga tidak, sebab
itu saya mencoba menfiksikannya sekarang. Pertama, apa yang menjadi
arti kamus saya coba ubah menjadi kecenderungan kita untuk melengkapi
kata-kata dengan pengalaman kita sendiri, saya mencoba mencari inti
dari jurus rahasia ini. Sederhananya puisi tentang ketuhanan dibedah
melalui pencarian kata-kata yang mengandung nilai-nilai;



r=kata-kata yang mengandung nilai kesucian, ketabuan, keabadian

p=kata-kata yang mengandung penegasian, metafora, kontradiksi

a=kata-kata yang berusaha ditempel-tempel pada variabel r dan p sebagai
bentuk dari ‘permainan’ kata-kata itu sendiri, sehingga tampak tidak
masuk akal, atau tidak berguna.

l=kata-kata yang menjadi tubuh dari puisi sehingga nampak wujudnya dan dapat dikenali dengan kategori tertentu.



Namun kesemua rumus ini tidak sempat diujicobakan pada bait-bait puisi,
padahal rumus ini sendiri menurut hemat saya merupakan pengalaman
puitik penulis-dan-bukan untuk menyingkirkan puisi sesungguhnya, puisi
rahasia ini ‘kalah’ misterius dengan ‘rumus pembacaannya’ atau ‘cara
baca’ yang juga rahasia, walaupun sang penulis menyatakan diakhir
diskusi ingin membuat rumus yang  bisa membuat orang lain tersasar
dengan kerahasiaannya, setidaknya penulis rumus akan tetap dimintai
pertanggungjawaban atas motifnya, termasuk dalam bersenda gurau, agar
kita memiliki kesempatan untuk bisa memaknai ‘yang ada’ termasuk
mengatakan apakah sesuatu itu absurd (mustahil) atau bukan.



Secara matematis rumus tersebut dapat diurai menjadi;

f(JR)=r+p : (a-l), saya membuat asumsi awal;

(1) jika r,p,a,l adalah bilangan bulat

(2) jika r,p,a,l adalah memiliki nilai yang sama yaitu 1

(3) untuk mencoba formula cuma diubah tanda positif atau negatif di depan angka r,p,a,l.

f(JR)=r+p : (a-l),

f(JR)=1+1 : (1-1),

f(JR)= -1+(-1) : (-1-(-l)),

dst, dst…

Hasil dari asumsi tersebut adalah 16 kombinasi yang akan menghasilkan nilai

f(JR)= 1, -1, 0, tak dapat didefinisikan.



Jika demikian f(JR) masih belum dapat diperkirakan maksudnya, karena
asumsi yang ada masih bermain dengan angka tanpa penjelasan makna
dibalik angka, untuk itu maka fungsi JR harus dipecah lagi menjadi
fungsi lain, sesuai dengan rasa penasaran saya, maka, fungsi tersebut
saya asumsikan sebagai;

f(JR)=f(t) fungsi jurus rahasia adalah jurus tuhan agar kita dapat
mengenal tuhan, seperti yang dimaksud oleh penulis, dan seperti hal
umum yang biasa dalam persilatan. Untuk membunuh lawan gunakan logika
kebalikan dari lawan, gunakan tenaga dari lawan, gunakan semesta yang
lebih besar. Tuhan lebih besar dari jurus rahasia segala jurus.



Maka,

f(t)=(r+p) : (a-l), dimana

f(t) adalah fungsi ketuhanan

(r+p) adalah fungsi keutuhan (kaffah)

(a-l) adalah fungsi batas,nalar

dengan asumsi f(t) ≥ 0, b> 0,



Alasan mengapa (r+p) adalah fungsi keutuhan, karena dalam pengalaman
bertuhan, menjalankan syariat (r) selalu menemukan paradoks dalam
dirinya sebagai sebuah nilai yang akan mengurangi nilai r itu sendiri,
atau sebaliknya. Namun paradoks dalam menjalankan pengalaman religius
ini sudah menjadi sebuah ketetapan manusiawi, dimana seseorang walaupun
tahu, maka ia masih memilih celah untuk berbuat kesalahan, disengaja
atau tidak. Paradoksnya akan menyimpulkan apakah pemahaman itu sudah
benar, hal ini untuk menjawab mengapa ia terus berbuat kesalahan.  



Alasan mengapa (a-l) adalah fungsi batas nalar, karena nalar akan
bekerja secara otomatis mendefiniskan setiap hal yang merangsang indera
dan rasa (hati), dan berusaha mempersepsikannya sebagai yang gaib atau
nyata, untuk kemudian didefinisikan ada. Kecenderungan kita adalah
berusaha mencari pembenaran terhadap yang gaib, sehingga yang gaib =
yang mungkin ada, mungkin tidak, atau mustahil ada, harus dikurangi
persentasenya agar kita menjadi manusia ‘rasional’. Menjadi manusia
rasional adalah hal pertama yang membuat manusia berbeda dengan hewan
atau tumbuhan, sehingga bisa memiliki pengetahuan untuk mensiasati
hambatan-hambatan dalam alam, dijadikan ilmu dan dikembangkan antar
generasi. Dari sinilah peradaban muncul.



Sehingga jika

f(t) = a:b (dibaca: ketuhanan adalah kaffah beragama dibagi nalar), maka

a= f(t) x b

keutuhan (kaffah) = ketuhanan yang berbanding lurus dengan nalar,

b = a:f(t)

nalar = keutuhan dibagi ketuhanan.



dengan logika sederhana, maka nilai ketuhanan=1, akan dicapai jika

f(t)=r+p : (a-l),

r=-1, p=-1,a=-1, l=1

yang artinya sama sekali menolak agama tapi mengetahui kebenaran ilmu pengetahuan.

Atau,

r=1, p=1,a=1, l=-1

yang artinya ketuhanan dapat dimengerti jika kita dapat menerima
keutuhan dengan mempercayai apa yang gaib dan berdamai dengan batas
nalar.



Dua logika ini adalah jurus yang akan menemukan jalan menuju kebenaran,
yang satu bertuhan tanpa agama dengan konsekuensi menciptakan
tuhan-tuhan baru sesuai dengan kapasitas nalar. Yang satu lagi adalah
bertuhan dengan menjalankan agama tertentu dan berusaha memahami jika
kemampuan nalar adalah terbatas.



Tuhan sejarah yang berupa pengetahuan dan pencarian ilmu pengetahuan
adalah kemenangan akal atas wahyu yang merupakan proyek renaisan awal
modernisme dimana setiap sesuatu harus dapat dijelaskan dengan akal,
yang tidak masuk akal termasuk ‘tidak ada’, proyek modernisme ini
termasuk di dalamnya kebenaran ‘kapitalisme dan komunisme (sosialisme)’
yang dalam kacamata ilmu pengetahuan sebenarnya kembar, sama namun
tidak identik. Maka wajar Poet Corner #4 tidak dapat menemukan tuhan
dalam bait puisi seperti yang dimaksud sang penulis dengan pendekatan
materialis historis, namun menemukan tuhan lain dalam dialektika yang
berjalan.



Sedangkan tuhan sejarah yang kedua digambarkan dengan manis oleh Amir
Hamzah, “bertukar tangkap dengan lepas”. Batas nalar yang coba diujikan
oleh tuhan untuk menguji hambanya. Bukankah nalar merupakan anugerah
terindah yang diberikan kepada manusia, untuk menjemput kembali tuhan,
bukan sekadar mencari dan menemukan. Kata menjemput itulah yang
membedakannya antara mencari dan menawan.



Jurus rahasia yang dimaksud ternyata filosofi dari ilmu silat yang jadi
pegangan penulis, ia bukan jurus untuk bertarung, namun jurus untuk
mengkondisikan suasana bathin ketika akan menulis puisi, suasana bathin
ini adalah keseharian penulis dalam bekerja, bercinta, dan bermain
dengan kata-kata, setidaknya inilah prasangka saya. David menjelaskan
puisi rahasia sekalipun tetap dapat dibedah tanpa jurus rahasia,
setidaknya kredo puisi sudah hampir selesai, eksperimentasi yang
dilakukan sang penulis adalah permainan kata-kata yang tidak lazim,
antara penanda dan petandanya. Puisi rahasia tetap tidak dapat hadir,
tapi penjelasan diatas semoga dapat menginspirasikan penulisan puisi
sesuai dengan filosofi yang dianut penulis, sehingga dia (puisi)
tidak  merebut ruang hidup penulis dan pembaca. Tuhan juga
merupakan sumber puisi yang tidak dapat habis, keindahannya,
kerahasiaannya, keabsolutannya, sangat menawan untuk ditawan.



Saya percaya puisi (apalagi tentang ketuhanan) menjadi bagian dari
religuitas itu sendiri, seperti halnya menawan tuhan dalam hati, tuhan
juga bisa ditawan dalam puisi. Jurus menawan tuhan adalah jurus yang
membuat tuhan menghuni puisi dan hati. Bagaimana caranya? Al Gazali
menganjurkan kita memahami diri kita, apakah; (1)  kita adalah
kelompok elit yaitu orang yang memiliki pengetahuan, kalangan
intelektual, penuh dengan keingintahuan, ingin menemukan kemajuan untuk
masyarakat (2) apakah kita orang yang awam, dan tidak suka perdebatan,
pengikut. (3) apakah kita orang yang cerdas, agitatif, dan suka membuat
kerancuan untuk kerancuan, sering berdebat untuk berdebat bukan untuk
kemajuan pengetahuan apalagi masyarakat. Permasalahnya akan terlihat
ketika kita ingin membentuk sebuah majelis ilmu-forum diskusi, apakah
kita ingin berbagi pengalaman karena nalar kita terbatas sehingga
keyakinan kita akan sebuah pengetahuan akan diuji, apakah kita ingin
mengajar orang awam dengan memberi pengertian-pengertian dasar, ataukah
kita ingin menghabiskan waktu dengan perdebatan tak berguna, making
nothing from something. Poet Corner sebagai sebuah majelis ilmu bagi
saya adalah tempat menguji keyakinan, berbagi pengalaman. Sehingga
tidak ada tempat untuk menyia-nyiakan waktu, sementara kita secara
flamboyan ingin menawan tuhan di hati dan puisi. Kesia-siaan menjauhkan
tujuan itu. Sebelum jurus mengada tentang cara menawan tuhan
dibeberkan, tentukan dulu sikap kita terhadap diri sendiri, temukan,
siapakah diri kita. Baru kita memecah lagi malam dengan kata-kata,
‘bertukar tangkap dengan lepas’.



Maka Beatles sebagai penutup wajah flamboyan untuk menawan tuhan  saya yang perempuan layak didendangkan;



I give her all my love,

That’s all I do

And If you saw my love

You’d love her too

And I love her



She gives me everything

And tenderly;

The kiss my lover brings

She brings to me

I love her



I love like ours could never die

As long as I have you near me…

 

(widhy |sinau)

 

No comments:

Post a Comment