Friday, 10 February 2006

Kopi Sublim

Rating:★★★
Category:Other
Kawan Benny seorang ekstraordinary bercerita kalau Peter Gabriel dan Tony Banks pernah kerja bareng dengannya di sebuah toko keramik di bilangan Mesteer Jatinegara. Mereka pentolan Genesis, terutama Tony Banks sudah enggak asik lagi, malas kalau gue suruh, katanya sambil menghirup kopi jahe di kedai saat Home By The Sea dari player MP3 menghentak. Benny seorang ekstraordinary sanggup melihat aroma kopi yang menguap dari seduhannya yang masih panas, sambil menyedot rokok kretek 369-nya.

Saat yang sama Wawan, seorang visioner pernah mampir di kedai Malang. Ketika ada balapan (trek-trekan) di jalan Veteran, Wawan yang sedang menghirup kopi terkadang ‘hilang’ mengasap, dan ‘kembali’ mendarat sambil bercerita ia mendapat firasat. Bau darah. Tidak lama kemudian ada tabrakan antar motor di depan kedai, atau orang mabuk baku hantam, terkadang ketika ngopi dia bicara meracau tentang peristiwa masa lalu, sejarah Indonesia adalah sejarah darah katanya.

Di Inggris sekitar tahun 1600 ketika kopi mulai dikenalkan, kedai kopi penuh dengan para petualang. Di kedai kopi sekitar pelabuhan London mudah ditemukan para petualang bercengkarama, yang pada awalnya adalah para aristokrat yang intelek, mereka bicara peradaban, seks, puisi, dan perdagangan. Kopi yang belum jadi minuman umum akhirnya menjadi milik kaum buruh setelah revolusi industri.

Kaum merkantilis di Inggris bergabung di kedai kopi sambil membicarakan bagaimana agar harga kopi jadi murah, darimana asalnya, sambil menghitung-hitung keuntungan. Kedai kopi pertama ternama di Inggris bahkan menjadi perusahaan asuransi angkutan laut terbesar hingga kini, Lloyd Insurance Company. Beberapa kedai kopi menjadi tempat perdagangan valuta dan pasar uang, dan menjadi tempat paling murah bagi buruh untuk bercengkrama saat jam makan siang atau lepas kerja, terutama di musim dingin. Percakapan di kedai kopi jadi bahan referensi tidak habis oleh grup lawak Warung Kopi DKI (d/h Prambors) di Indonesia.

Di Prancis kedai kopi tempat bertemu para filsuf dan sastrawan, membicarakan sastra, berdebat tentang warna, sambil belajar bersama layaknya akademia. Sampai sekarang mereka bergantian menduduki kursi yang sama untuk ngobrol dan berdebat, sampai waktu mengingatkan mereka: dunia sudah penuh, perjalananmu sampai disini, kebaruan ada di anak muda. Anak muda yang melihat mereka mengangkat topi dari bangku di seberang. Ajari aku tentang dunia.

Dalam film Beautiful Mind saat coffee break digambarkan Nash diberikan penghargaan berupa pena milik ilmuwan pesohor yang menandakan penghormatan atas pemikiran yang telah dicapainya, andai kata-kata ajaib itu ditulis oleh penaku. Hal yang sama terjadi di kedai kopi di Paris, mereka bertukar salam, mengenalkan diri sejenak, seraya berkata, hari yang sangat indah, di tempat paling indah, bertemu denganmu, sejahtera dan damai mnyertaimu, kutunggu karyamu berikutnya. Orang Indonesia yang bermukim di Paris sejak peristiwa 1965 juga akrab dengan kedai kopi di Paris. Revolusi bisa bermula disini.

Di Perancis kaum Hugenot, Calvinist dan Protestan pernah dianggap pemberontak, dan kedai kopi di Prancis serentak ditutup saat itu. Kaum Calvinist dikejar sampai ke Inggris, dan sekitar pertengahan abad 17, kedai kopi dilarang di Inggris karena dianggap sebagai tempat para pemberontak kumpul.

Kisah kedai kopi di Aceh hampir sama, para lelaki memenuhi kedai kopi bicara apa saja, sambil menguping dan memperhatikan apakah ada cuak (mata-mata) di sekeliling mereka. Kedai kopi sepertinya tempat paling aman dan sekaligus pengantar ke sebuah pengertian tentang suku bangsa Aceh. Setelah tsunami, kedai kopi salah satu tempat yang segera dibangun tanpa bantuan donor dan pemerintah. Tetap dengan telinga waspada.

Kopi jadi pertaruhan, komoditi paling menggiurkan bagi kaum kolonial. Hasrat untuk mendapatkan harta dari ‘emas hitam’ ini menjadikan Jawa terkenal. Kopi juga yang menjadi latarbelakang perbudakan di Brazilia, budak hitam sehitam kopi, nasibnya tidak berharga dibandingkan kopi yang mereka tanam untuk kejayaan sang majikan. Di Chiapas-Meksiko di perbukitan perkebunan kopi, Sub Commandante Marcos saat ini menghisap cerutu, menyeruput kopi sambil terus-menerus menyuarakan komunikenya-kesejahteraan bagi penduduk pribumi, keadilan bagi petani.

Java Coffee menjadi semacam brand bagi kopi dari Indonesia. Jika naik ke Semeru lewat Lumajang, perkebunan kopi jadi pemandangan, mampirlah sebentar, menikmati kopi nomor satu di Jawa. Di daerah Raung pengunungan Ijen, kopi bisa dinikmati sambil melihat kecantikan pelayannya, dibebat kebaya Madura suguhan kopi jadi gelora. Naik ke punggung gunung bisa ketemu beruang yang mencari biji kopi muda, beruang acuh pada manusia saat melihat makanannya terjuntai.

Menikmati kopi, gorengan pisang, dan air panas, bisa diketemukan di daerah Sidempuan dan Sipirok. Pagi hari sebelum bekerja atau sore hari setelah seharian di kebun, pilihan berendam di air panas adalah surga. Ketika matahari mulai turun, hangatnya digeser dingin. Dipinggir kolam air panas ada seduhan kopi, dan gorengan pisang. Sambil membicarakan suasana kebun. Kolam dipenuhi laki-laki sampai azan magrib menjemput. Matahari hilang dibalik hutan. Kopi Sipirok (Mandailing) salah satu specialty Indonesian coffee selain kopi Bali, kopi Toraja, kopi Aceh, kopi Luwak Lampung, kopi Lumajang.

Erotika kopi Bali dengan dagang kopi cantiknya (dakocan) di Utara Bali, sama dengan kedai kopi Italy. Pada awalnya kedai kopi di Italy adalah tempat pertemuan hidung belang, kaum homoseksual, dan biasanya dimiliki langsung oleh mucikari. Perkembangan selanjutnya kedai kopi di Italy sebagai tempat para rentenir Yahudi berkumpul yang menginspirasikan pembentukan banco atau bank. Erotika kopi Bali dan gemulai pelayannya dagang kopi cantik entah menginspirasikan siapa.

Upacara kopi dihadirkan di kalangan Arab totok, disajikan dengan seni-begitu pepatah tetua mereka. Di Jakarta, Arab totok ini memasak kopi dengan rempah-rempah yang membuat seluruh badan terbakar. Sambil mendengar syair yang di New Orleans dikenal sebagai musik blues mereka mengobrol sambil berdendang, bergumam thoyib, thoyib, thoyib (bagus, bagus, bagus). Kopi sufi membakar tubuh untuk bermeditasi di gurun yang dingin sepi. Kopi jadi kawan untuk melangkah pelan, bicara pada keabadian, aromanya naik melewati malam, jadi hasrat bagi pedagang, sufi, lelaki kesepian, petani yang lelah bekerja, pemberontak di tengah hutan, geriliyawan kota, jadi bara membakar pikiran.

Di kedai kawan Beni menukar secangkir kopi dengan pisang dari kulkas. Bikinin kopi Rif! Entah bagaimana hubungannya kopi kabarnya dapat mencegah alzheimer (penyakit ketuaan dan lupa). Kawan Beni mulai mengingat Roling Stones, Genesis, Guns N Roses, uang recehan untuk bayar kopi, nama-nama orang pengunjung kedai, dan mengenalkan namanya: Benyamin.

what we got here, it’s failure to communicate
someone you just can’t reach, now here we are…
(civil war-GNR)

(widhy sinau |dari berbagai sumber)


alternative ending:
Lagu MP3 mulai berganti, kawan Beni menimpali, kemarin gw lihat Axl Rose nyebrang di Grogol dekat Trisakti. Sama elu Wid, jangan bohong luh! Habis kerja ya…Bukan sama David…Ngomong-ngomong nt gw kenalin ke Wawan ya biar nyambung…Wawan, gw kenal tuh, pernah kerja ngangkat kertas di percetakan…Nt kenal juga… Iya sekarang di Malang.





No comments:

Post a Comment