Rating: | ★★★★ |
Category: | Other |
Urusan ada rintangan di jalan, adalah urusan belakangan. Yang utama adalah bergerak.
Kata-kata itu datang dari penjual kopi di sekitar stasiun Jatinegara. Betapa sulitnya untuk meninggalkan ‘kebiasaan lama’, berlaku buruk dan merugikan masyarakat. Betapa sulitnya. Di komunitas manapun baik yang kita sebut penjahat, maupun yang kita sebut orang baik, atau mediocre (yang penting hidup-makan, tidur, beranak pinak dan mati-soal prinsip tergantung selera pasar (bayangkan bahkan ada yang menghambakan dirinya pada negara) norma tetap ada. Dan norma selalu mengikat. Bahkan dalam komunitas punk yang melabelkan dirinya anarkipun ada norma-jangan membuat norma bagi orang lain- lakukan itu sebagai kewajiban bagi dirimu sendiri. Punk ternyata luar biasa, begitu penuh spritual. Entah punkers disini, itu saya dapat dari bacaan lama yang terselip di loakan yang dulu adalah bagian dari hidup saya—Haec demikian pedagang kopi itu bercerita.
Kopi bagi dia adalah melatih kesabaran dengan melayani, walaupun terkadang sulit juga melepaskan ego. Bahwa aku bukan pelayan, tapi pedagang. Ehm, tapi ternyata menjadi pedagang itu adalah pelayan. Puji Tuhan. Melayani bukan tugas ulama atau pendeta, namun juga setiap manusia.
Melepaskan diri dari norma lama yang begitu berkerak bukan main sulitnya. Dan ternyata begitu mudahnya ketika kita tidak lagi berpikir untuk takut. Takut ditinggal kawan, takut tidak dapat tempat di komunitas yang baru. Namun ternyata takut itu terbantah oleh ketentuan gerak. Bergerak adalah melawan takut. Jika ada yang bergerak menuju takut sesungguhnya ia tidak bergerak. Namun membayangkan dirinya sedang bergerak dan mengkhayalkan hal-hal yang mungkin menimpa dirinya. Sementara ketentuan bergerak adalah dunia nyata dan sekarang.
Hijrah akhirnya berurusan dengan menghilangkan takut. Rasa takut yang manusiawi itu, setelah hijrah akan ada lagi, tentu dengan bayangan takut yang lain. Tapi kita sudah naik kelas satu tingkat. Dan ternyata begitu lewat dari rasa takut pertama, kita ketagihan untuk melewati rasa takut kedua. Dulu saya menyebutnya sebagai menguji adrenalin. Sekarang saya cuma mengatakan inilah hidup-resep kopi yang bertujuan-bergerak dari rasa takut.
widhy | sinau
No comments:
Post a Comment