Friday, 9 December 2005

dari candi ke penjara

kopi hitam sore ini sehitam rasa penasaran, aromanya memenuhi lapisan atmosfir ruang kerjaku, bereaksi kimiawi bahkan sebelum aku sempat meneguknya, sekejap rasa penasaran terpenuhi...aku yakin, detik ini keraguan itu akan hilang...bahkan ketika kawan saya masih tergagap bertanya tentang makna hidup, arti pekerjaan yang ia lakoni hampir sepanjang usia produktifnya.


apa yang menyebabkannya demikian? hanya ia sendirilah yang tahu persis jawabannya. pertanyaan itupun untuk dirinya sendiri. terngiang di kepalaku obrolan pada malam-malam sebelumnya tentang kisah ' the scientist' yang diangkat david dari sebuah lagu 'coldplay', sebuah kisah pecinta yang mencari kesejatian, dari sekeping uang--dimana salah satu sisinya adalah kebenaran dan sisi lainnya adalah kemajuan dan pengetahuan. dimanakah keabadian, kesejatian tentang makna segala sesuatu ketika probabilitas kita memilih adalah 50:50, bahkan pilihan kebenaran pun terkait dengan kemungkinan pilihan metode, kemajuan sebelumnya, dan pengetahuan yang kita miliki.


ah, rumit terlihat, namun itulah hidup yang saya sedang jalani dan rasakan setiap hela nafas saya, pun ketika sedang menghirup secangkir kopi sore ini. ada pertanyaan-pertanyaan tentang asal-usulnya. memperkirakan rasanya pahit, atau sedikit asam, robusta atau arabica? atau hibrida ketika dicampur oleh pedagangnya? tumbuh dimanakah kopi ini--digongseng kering atau samapi berminyak? ada literatur bersileweran, mondar-mandir diotak, sementara otak kanan saya terus mencari momen puitis dari  sore ini, bahkan didalam sebuah bangunan rutinitas.


hopla, saya tercebur kedalam ruang kosong-rasa penasaran lain ketika wajah saya dapat berkaca dalam pekatnya kopi. ruang itu hitam, namun semuanya seperti terlihat jelas, walau dalam gerak lambat. suara kawan di rapat, keprihatinannya, kegelisahan dirinya--jelas terpampang. dan saya lari kearah sebuah mesin ketik yang berada di penjara di Denpasar, ke msin ketik yang berada di pulau Buru, ke misn ketik yang berada di penjara Cipinang, ke msin ketik yang berada di sebuah rumah di Menteng...ke berbagai mesin ketik yang telah membantu penulisnya melampaui jaman, yang berhasil mencatatkan imajinasi mereka, untuk sekadar melempar sekeping uang: kebenaran atau ...


dari aksara yang tertulis tersebut maka terbukalah tempurung-tempurung yang ada di otak saya, atap kantor seolah hilang--bahkan langit yang berlapis terus tertembus oleh timeline sejarah...siapa yang menuliskannya? sementara kepedulian beberapa orang di negeri ini terus berkurang, untuk membangun peradaban, waktu terus berjalan ke belakang...samapi ke jaman yang teramat purba pun aturan main semakin jelas...pandangan saya semakin kabur menatap kedepan, bingung memilih metode, alat, pengetahuan untuk memahami 'kebenaran' sekarang. sayapun terpasung! bukan di masa lalu tapi oleh saat ini, pause. masa depan semakin tidak terjamah oleh indera saya, kopi sore menjadi masa lalu seperti buku sejarah yang ada di dinding candi.


pause, itulah kata yang tepat untuk saat sekarang ketika kita diambangkan oleh 'bahasa kekuasaan', tenggelam-terbang (lagu Netral) sebuah kondisi dimana seorang pecandu berada diantara kesadaran bawah sadar...saya terapung-apung, mati rasa, dan merasa bebal. tak punya pegangan untuk mencari kebenaran lain, selain yang terpampang di media massa yang sumpek oleh kepentingan penguasa...mengalahkan mesin ketik dari masa lalu, yang ada kertas memorandum untuk kesepakatan-kesepakatan yang meminggirkan kuasa ide, imajinasi, mesin tik cuma diperuntukkan untuk menulis SAYA DENGAR DAN SAYA IKUTI...


buku-buku dibakar, dicurigai, diberangus...


aroma kopi menghentak kesadaran...ah kapan peradaban bisa dibangun di warung kopi, di kebun petani, buka di istana atau di kantor yang steril ini...


widhy

No comments:

Post a Comment