Friday, 20 May 2011

Resep #26 Kopi pertaruhan

Rating:★★★★
Category:Other
Ini rak-rak bukan untuk dikosongkan, isi dengan kamus hidup

Ini gelas bukan untuk anggur yang bikin mabuk, tapi kopi kampung halaman

Ini kedai bukan untuk diperdebatkan, tapi disandingkan malam dan siang

Ini kepala penuh dengan niat yang dilugaskan, walau tangan sulit memilih sebiji rejeki dengan trengginas

Gelas-gelas diisi gerak secepat angin dan impian sekuat ingin

Yang tandas bukanlah kegilaan yang mengkhawatirkan, karena tidak mensisakan sesuatu pengalaman

Segelas kopi dipilih karena ia sesuatu yang segar-dirawat, ia abadi-seperti ingatan bayi -akan payudara yang sehat- lamunan suami yang barusan bebas tugas

Segelas kopi adalah buku terbuka layaknya cerita Multatuli, segelas kopi adalah politik ekonomi

Sekali lagi, inilah segelas obat demam, bagi yang sulit memahami malam

Mungkin terasa menggelisahkan, tapi malam atau siang juga bukan gelas yang harus dikosongkan, keduanya penuh impian

Dari Hadrami ke Sipirok, orang menanam, orang di kedai, disampingnya pena, tinta, gulungan papirus dan bambu

Orkes gambus atau blues gondang sembilan, itu bunyi dari hati, segelas kopi dan sebaris buku dilafalkan fasih

Impian kedai seperti berjalan diantara sepadang ilalang dan edelweiss, mata lelah beradu dengan segelas kopi

Impian kedai seperti berjalan diantara berbaris buku yang terus kontraksi, seperti bayi yang sedang ditulis takdirnya

Impian kedai adalah membawa segelas rock 'n roll ke dalam bab-bab buku, karena hidup seperti gempa lantai dansa

Impian kedai adalah menggenapi akademi dengan tradisi, menuangnya di lidah yang tidak puas dengan rasa manis

Impian kedai adalah mengganti mabuk dengan mabuk, bubuk dengan biji, menuliskan jelaga sebagai telaga

Sebatang pohon kopi di halaman tabula rasa, digambar anak manis saja, sebiji buku bertahan di ayunan ingatan

Ia yang hitam sebagai pembuka, ia yang hitam bisa juga sebagai penutup

Anak-anak mengecap rasa, hitam/putihnya bukan masalah, hanya saja jangan tinggalkan noda di kepala mereka

Segelas kopi dengan harum mengantarkan percakapan dengan ledakan gairah akan penemuan

Segelas ide yang teraduk dimulai dari pikatan yang kental dari akhir yang diangankan

Sehalaman ditanam berbatang-batang, seperti keyakinan dalam-memiliki pintu yang berisi suratan

Yang datang ke kedai adalah pencicip, penulis kisah tentang hidup, yang demikian adalah orang yang tepat

Saturday, 14 May 2011

Resep #25 Kopi Waktu

Rating:★★★
Category:Other
yang diangankan waktu sesuatu yang tertentu, misalnya awan yang bertemu angin, warna kuning pada daun, bau bangkai dan lalat hijau, kelaparan dan orang-orang yang semakin beringas, seseorang yang menunggu namanya pada sebuah nisan atau sekadar batu. yang diangankan waktu sesuatu yang tertentu, mungkin hanya sebatas garis atau seberkas cahaya. dalam waktu ada kematian dan kemiskinan yang diberi warna dan diwariskan. kepala batu memahatkan kebodohan pada waktu. diangankannya waktu tertentu sebagai sesuatu. yang tetap dan mengendap.

Wednesday, 11 May 2011

seseorang bertanya tentang apa itu revolusi, kujawab sederhana, pindah sisi. ia tidak puas dengan jawaban yang demikian, kuberikan alternatifnya, seperti demikian---fuck me hard---it's a revolution...ah ah ah---a kind of revolution---a short of revolution---an essential---but don't say more, just fuck me hard...whoa, you know exactly how it is gonna be...yang demikian, revolusi: puncak gairah, (pesan: jangan memulai jika tanpa tenaga, jangan percaya obat kuat atau dukun)

Resep #24 Kopi Ukik

Rating:★★★
Category:Other
melalui lagunya ia menyandarkan visinya: negaranya Alengka, pahlawannya Kumbakarna. Hidup menunaikan kewajiban, bukan. Diaduknya yang tradisi dengan distorsi, seperti hidup ujarnya-modernitas dalam sepotong lagu atau sebiji kopi-meninggalkan ampas.Sejarah kita, lanjutnya lagi dibuat seperti kopi instan, tanpa ampas-penuh pengawet. Jejaknya sering terlihat cemar dengan merek dan bungkusan. Hidup yang terdistorsi seperti kisah pahlawan, Kumbakarna, melakoninya lewat ikhtisar Saraswati. Hidup yang seperti muson, bermusim. Dan para pahlawan tidak pernah membela seseorang, kecuali tanah airnya. Tanah dan air yang menghidupinya. Dan kematian yang datang mestilah disambut-karena ada anugerah, pengampunan. Jika hidup penuh distorsi, kematian menjadi begitu ringkas dengan kemewahan teremban: penyucian.