Rating: | ★★★ |
Category: | Other |
Pagi hari di kereta listrik Bogor-Jakarta.
Kereta ekonomi, jam 5.00 WIB pagi. Kereta sudah sesak rata-rata tertidur dan turun di destinasi terakhir, stasiun Kota. Para pedagang sayur selalu (hampir) mengalah pada pekerja atau yang berpenampilan lebih rapih dari mereka.
Kereta ekonomi, jam 5.30 WIB pagi. Kereta bertambah sesak rata-rata juga tertidur. Saling memanggil kawan untuk masuk dalam satu kerumunan. Penumpang masih banyak dari kelas pedagang sayur dan buah-buahan.
Kereta ekonomi AC jam 5.45 WIB Kereta sesak dengan para pekerja. Tujuan masih lebih banyak di destinasi terakhir. Lebih banyak yang ngobrol dan saling bercerita tentang kejadian di tempat kerja hari sebelumnya. sebagian membaca koran, jenis Media Indonesia, Jurnal Bogor, Sindo, Koran Tempo. Remaja dan anak muda, laki-laki dan perempuan, usia muda dan tua tidak pernah memberikan kesempatan duduk pada perempuan hamil dan manula. Rata-rata merasa tindakannya sudah tepat, karena mereka menyalahkan penumpang yang mau berdesakkan. “Salah sendiri naik kereta yang penuh”, begini kira-kira celoteh mereka.
Kereta ekonomi jam 6.15 WIB Kereta beraroma shampoo. Kereta bertambah sesak dengan kelas pekerja pasar. mall, pns. hampir tidak ada yang tertidur kecuali penumpang mahasiswa yang masih terkantuk-kantuk. Penumpang yang tidak tidur bercanda, isu terhangat adalah cerita yang berbau mesum, termasuk di dldalamnya celetukan lelaki dan perempuan tetang kabar selingkuh orang yang dikenalnya. Satu-dua orang, biasanya perempuan, memiliki kebiasaan latah yang menyebutkan kontol, ngentot, dan makian yang umum seperti sialan, kurang ajar, mampus. Kereta gaduh dengan canda dan tawa. Lepas dan bebas. Beberapa orang yang jengah akan menghidnar dan bergeser pelan-pelan atau pura-pura tidur dengan mimik sebal yang tidak dapat disembunyikan.
Kereta Pakuan Expres jam 6.45 WIB Kereta sesak dengan kelas pekerja kantoran, pns. Sebagian besar berusaha memejamkan mata. Penumpang laki-laki biasanya membaca koran pagi jenis Media Indonesia , Koran Tempo, Kompas. Perempuan sibuk mengurus celotehan anak dari Hpnya masing-masing dan mengatur pembantu dari jarak jauh. Diskusi kecil jarang dilakukan. Sibuk dengan rencana masing-masing. Jika ada keterlambatan langsung bergumam , sudah mahal gak juga berubah atau bayar sebelas ribu ACnya kaya begini (karena mennggu kereta yang tidak kunjung jalan, AC yang memang tidak dingin-karena kebanyakan peumpang yang menyumbang suhu panas-menjadi terasa). dan berusaha mengajak diskusi rekan sebelahnya tentang kualitas pelayanan publik. Dan menilai betapa parahnya orang Indonesia dalam menjalankan aktivitasnya, baik bisnis maupun sosial. Kesimpulan setiap hari: korupsi membebani aktivitas mereka.
Sore hari di kereta listrik Jakarta-Bogor
Kereta ekonomi jam 15.30 WIB. Kereta ekonomi pertama yang penuh sesak dari Utara menuju Bogor. Penumpang rela duduk di koran yang ditebarkan. Bau keringat menyeruak dalam kelembaban kereta yang cukup tinggi. Kereta tropika ini sungguh bisa dibandingkan dengan gambaran kereta di Dakka, Bangladesh. Perbedaannya tentu pada ciri penumpang yang sepertinya mampu melawan namun tak punya kawan.
Kereta ekonomi AC jam 17.30 WIB. Penumpang berjejer duduk, di bawah dengan kursi lipat dan koran yang ditebarkan. Obrolan terkini tentang kejadian di kantor, bukan tentang pekerjaan, tapi pada tawaran barang kreditan. Beberapa masih ke-GeEr-an membicarakan kawan kantor, karyawan toko sebelah yang menggoda dirinya. Mengajak selingkuh. Penumpang laki-laki masih terus bertaruh bola untuk pertandingan nanti malam.
Kereta Pakuan Expres jam 17.00 WIB. Penumpang berjejalan dengan AC yang tidak seberapa dingin. Beberapa perempuan sibuk mematut-matut di depan kaca rias. Sebelumnya, seperti biasa, sebelum keluar kantor telah menebarkan parfum, mungkin ketiga kalinya (pagi, menjelang keluar makan siang, dan menjelang pulang). Penumpang laki-laki cekatan menebar koran, sebagian lagi memasang bangku lipat seharga sepuluh ribu. Obrolan seperti dihindarkan, namun beberapa sibuk memencet-mencet Blackberry (dan subtitusinya) mereka atau mendengar musik.
No comments:
Post a Comment