Sunday, 1 November 2009

Suatu Pagi, Sebuah Kerinduan

hanya untukmu


 

1.

Sebuah pagi yang pasti

Sebuah biduk

Siapa saja yang pulang bersahaja

: ia yang selalu tahu jalan kembali dan berada di depan

berkorban dan menelusuri jalan yang sunyi

Ia yang tidak pernah sendiri namun tahu kapan waktu berhenti

Pada kematian, ia menyeru:

Kau tak mampu menyiangku walau itu memisahkanku dengan kesayangan

Aku mengenalmu seumur hidupku

Kau tak lebih dari pergantian waktu

Sedang aku yang memekarkan cahaya

Pada hitam jubahmu, kuberikan tanda

: harapan

 

2.

Sebuah pagi yang pasti

Kopi dan rokok yang seharusnya ada

Sepat mata dan sisa obrolan yang dibawa angin

Kau kemana

Katamu, menjauh

Kau dimana

Jawabmu, disini

Kau tidak apa-apa

Tubuhmu seperti begitu terjal

Dan aku mendaki jawab di matamu

 

3.

‘aku yakin’

 

4.

ternyata kau tidak butuh kartu-kartu untuk menghadap tuhanmu,

lebih banyak rindu yang menjadi pembelamu

 

5.

aku membuat rumah yang tidak besar, tapi seluruh dunia sanggup mengisinya

rumahku tanpa taman dan air terjun, cuma hutan tropika

disana ada petani, nelayan, dan anak muda

aku membaca soekarno dan karl marx

aku mencuri dari nabi-nabi

aku menyusuri perasaan orang kebanyakan

dan keadilan yang bersemayam di setiap hati

ternyata tidak ada yang lebih berantakan dibanding tidak memenuhi janji

maka, aku berjanji diantar sebanyak orang

ketika aku tidak lagi mungkin berjanji

kudefinisikan sebagai investasi

 

6.

‘kamu bisa’

 

7.

kembali pagi,

tidak semua pagi adalah permulaan

 seperti gerimis ini

yang dimulai sejak awal kita puasa

sebenarnya ini rahasia

dan menariknya hanya itu aturan permainan kita

kau ber ci luk ba

dari kamar ke kamar

dan seperti biasa,

aku kena!

 

8.

aku bicara pada anakku

‘dia cuma tidak lagi bisa bersedih’

hanya itu

apakah itu tanda bahagia

anakku tertawa

(dia baru berumur dua tahun dan bening matanya mengingatkanku padanya)

 

9.

‘aku tidak akan menangis’

 

10.

kau tidak berubah, katamu suatu pagi

setidaknya rambutmu yang kukenal dengan baik

bagaimana kabar istri dan anakmu

dan rumah yang kau idamkan

apakah sudah memenuhi segala keinginanmu

cuma disana sumber air mata

sebuah keluarga yang saling memaafkan ketika hendak berangkat tidur

dan bahagia

 

11.

aku bilang teruslah bermimpi

kau menandaskan teruslah bertindak

 

12.

tiba-tiba kamu ada dimana-mana

menyala-nyala

dan gaib

 

13.

kamu sebentuk mimpi

tidak sungguhan

tidak ada yang begitu sempurna

tapi kau tularkan juga bisa mu

di setiap penjuru

dan kau tepati janji kita

sumpah pemuda entah jilid berapa

dimulai dari kampungmu

 

14.

akhirnya aku menangis

hanya ketika kau tersenyum membaca stiker

buku, kopi, dan puisi bercangkir-cangkir

itu kamu yang selalu tahu

pindahkan saja ke kepala semua orang

dan kau tuangkan puisi itu dari pulau ke pulau

berdua kita menangis

 

15.

bukan pagi seperti ini yang aku maksudkan

tapi kesedihan ini tak terelakkan

kau juga yang padamkan

dengan nisan yang bertonjolan

kau darwis

aku mayit

kita menari dalam alunan yang sama

cuma namaku belum tertera

 

16.

kata maju tidak berdiam di ruang tunggu

 

17.

kawanmu masih juga bertanya

apa yang membuat kau berbeda

jawabku, ada pada keyakinan

termasuk keyakinan akan adanya perbedaan

kawanmu masih juga bertanya

tapi jawabnya terbawa padamu, kataku

‘yang bukan materi hadir bersamamu’

 

18.

pelajaran hari ini bukan pelajaran tentang diam

besok pelajaran tentang melawan

sejarah adalah masa depan

 

19.

ketika kita berdua terkunci

dalam ruang kosong

dan kau tiba-tiba menggambarinya dengan beraneka warna

aku kebingungan memilih yang kusuka

 

 

20.

: kita baru memulai

lalu kau bergerak tanpa jeda

 

21.

kubacakan lagi sebaris sajak yang kuciptakan untukmu

‘kau miskin, maka aku ada’

ternyata semesta yang mesti kita jaga

pantas tak pantas

cukup ya cukup

bukan mata untuk mata

tapi hanya butuh satu pertemuan

kau sanggup mencairkan segala dendam

kita berdua mestinya fakir

namun semestamu tak cukup untuk memenuhi aku

 

22.

kota ini semakin berkeringat

ia ranggas ketika upah ini belum juga terbayar

mulutmu bisa menjaga bencana

namun kota ini semakin tidak kau kenali

dalam setiap keluh kau bertanya bagaimana peradaban ini bisa bernyali

jika setiap tafsir cuma dijelajahi lewat wikipedia

 

23.

setiap benang yang direntang cuma membutuhkan simpul

bukan merah atau basah

 

24.

seluruh lukamu

kukemas dalam kata

sampai waktunya kubuka

saat kau bilang

aku siap menghidangkan sebuah sop ayam dalam jiwa yang tenang

semoga kau tidak menaruh curiga ini barang jiplakan

 

25.

pasir yang penuh dengan remis ini tak jadi menu senin sore ketika pagi yang pasti datang bersama kematian yang biasa dengan orang-orang yang tak biasa mengirimkan doa yang tak putus-putusnya dan cerita yang tidak ada perawinya kecuali tema yang sama yang tidak pernah bosan dijadikan suasana yang seperti perundingan tentang sesuatu yang tinggal ketika kau pergi meninggalkan meja yang bergelinjang:

kau belum tua-tua amat, sialan

tapi lidahmu sudah demikian sempurna

 

26.

kau pernah bilang aku mesum

aku bilang telanjang seharusnya sebagian dari iman

dan kau sekarang benar-benar telanjang

dan aku gagal berpikir segala  hal yang mesum

kecuali tentang kau yang pernah bilang

 

27.

aku bacakan sebaris sajak

istrimu mengatakan tenang dan kau seperti kesenangan

 

…pada pagi hari. jangan terjaga sayang.

jangan terjaga.[1]

 

jika ini adalah kemudahan yang diberikan. jangan pernah terjaga.

istrimu bangun dan mungkin berkata: terimakasih tuhan

 

28.

mimpi kita mungkin seragam. tidak

jika kau belum berani mengarung pertanyaan itu berdua tigaan empatan

sekampung. jika sudah

jangan lepaskan genggaman

 

29.

cerita perang dan kebenaran hanya membuat bosan

juga perjuangan dan kemenangan

tolong ceritakan hal-hal yang sederhana

seperti keyakinan orang-orang biasa

 

30.

sebelas dua belas

mantra yang kau ucapkan setiap kali melihat setan

 

31.

kau tentu memahami setiap ketidakakuran kita akan bermuara pada sejenis kesepakatan yang penuh tanda tanya. dan kesempatan yang kesekian mengajarkanku arti sebuah kata pembelajaran. senjataku ketidakpastian, cukup kau musnahkan dengan keyakinan.

 

32.

di pulau kau jaring cinta

pada gelap dan purnama

sampai kering air mata

pasir dan angin meminjam bahasamu

sekedar menulis kata: legenda

tapi kau curi juga mereka

untuk anak di gunung-gunung

dan kau jelmakan air mata

menjadi kehidupan

dengan wajahmu yang ada di mana-mana

kurasa

 

 

33.

berdua kita kikuk. bersalaman bersidekap

sambil menyebut nama-nama. asing rasanya

jika harus melepaskan keinginan. kita

belum pernah berpelukan rasanya. hambar

suasana keburu kau timpali dengan gurih air mata

 

34.

pernah datang suatu permintaan

maukah kau menyusun kembali logika

kupikir-pikir itu kerja macam apa

ternyata sangat sederhana:

satu tambah satu belum tentu dua

 

35.

transformasi itu telah sempurna

dari zahir menjadi ide-ide

yang terlacak jejaknya

bermuara pada yang satu

samudera pengertian yang kau kenalkan padaku

 

36.

warna hati itu seperti kemudaan

dan curiga mempercepat pelapukan

pertanyaan tentang kemudahan

dijawab dengan berbagai skenario masa depan

 

37.

mungkin, terasku yang akan menggantikan aroma kopi

yang ditingkahi diskusi. kemungkinan

hanya itu yang bisa kusembahkan. aroma kopi

juga yang menempel pada janji kita.

 

38.

Aku mencintaiMu

Aku juga menyukai Abu Nuwas

dari sekian banyak imam

tinggal satu saja yang tidak terdaftar

sebagai yang fakih untuk urusan masa depan

Aku menuliskan daftar baru

Jika salah setidaknya dapat satu

 

 

39.

rumah kami yang belum sempat kau singgahi

berinterior seperti dunia yang kau ingin reka

jika ada perubahan, tentu tentang semua hal yang kau katakan

tentang keluarga, komunitas, dan indonesia raya

yang lamat-lamat kau senandungkan hampir tanpa bersuara

 

40.

aku bertaruh tentang semua hal. kau berkali lempar dadu enam

terlalu pagi, mungkin

untuk menilai semua kerja

bagimu permainan baru dimulai

selepas azan, kau bersembahyang sendirian

menemui tuhan. aku bertaruh kau lempar lagi dadu enam

 

41.

cuma seperti ini rasanya

berlaksa kawan datang menjenguk pada suatu pagi

hanya untuk sebuah upacara

kau tersenyum dan bergeming

 

42.

anggap saja ini musik blues

yang kupakaikan sebagai pengganti tahlil

semoga kau bergoyang riang disana

 

43.

hanya angka

tidak lebih tidak kurang

jika itu ditambahkan tujuh belas atau sepuluh

angka itu membuka keheningan yang persis sama

 widhy | sinau

 

 



[1] ‘kopi yang tidak diminum’, sajak dorothea rosa herliani, nikah ilalang, 2003. Penerbit Indonesia Tera.


 

 

 



[1] ‘kopi yang tidak diminum’, sajak dorothea rosa herliani, nikah ilalang, 2003. Penerbit Indonesia Tera.

1 comment: