DEAR ALL...
sekarang berita tentang aku tidak penting lagi [...] karena keberadaanku seharusnya sebulan sebelum pemilu presiden [...] dan sebulan sebelum antasari ditangkap. sekarang aku merasa menjadi tidak berarti justru karena tindakanku yang diberitakan di koran [...]
jika ingin membaca tentangku tanpa takut terteror lakukan beberapa langkah berikut:
1. lihat halaman headline, apakah masih tentang aku, jika ya lipat koran dan kibas-kibaskan tiga kali. jika tidak buka halaman opini, perhatikan, apakah masih ada yang menulis tentangku, jika ya. lipat koran dan kibas-kibaskan.
2. buka kembali halaman depan dan opini, apakah sudah berganti wajah. jika belum maka lipat koran dan kibas-kibaskan. jika sudah, maka anda beruntung, karena anda membaca belahan waktu lain.
3. kembali buka koran, lihat halaman depan dan kibas-kibaskan. apakah masih ada tagline tentang aku, di halaman depan, halaman opini, atau iklan baris. jika ya, jangan putus asa, lipat koran dan kibas-kibaskan.
4. ulangi terus, lipat koran dan kibas-kibaskan. sampai anda bosan atau sadar, bahwa aku sesungguhnya tidak ada. dan koran bukan mahluk yang dapat membuat anda takut dan cemas setiap saat. ia citraan yang bisa dialihkan dengan citraan pula.
demikian DEAR ALL,
dalam pelarian yang tidak sungguh-sungguh. dalam pengejaran yang hingar-bingar. dalam persembunyian di ruang publik. wajahku adalah wajah biasa, wajah yang dapat dikenali setiap pagi sehabis mandi. dan teror itu sungguh aku tak tahu untuk apa ada dan terus melahirkan kembali yang lebih teror, setiap pagi. rest in peace, DEAR ALL...
a.n.
keLak teLor
No comments:
Post a Comment