Tuesday, 5 August 2008

mungkin karena agustus

Stanza 1:

Indonesia Tanah Airkoe Tanah Toempah Darahkoe

Disanalah Akoe Berdiri ’Djadi Pandoe Iboekoe

Indonesia Kebangsaankoe Bangsa Dan Tanah Airkoe

Marilah Kita Berseroe Indonesia Bersatoe

Hidoeplah Tanahkoe Hidoeplah Negrikoe

Bangsakoe Ra’jatkoe Sem’wanja

Bangoenlah Djiwanja Bangoenlah Badannja

Oentoek Indonesia Raja

Reff: Diulang 2 kali

Indonesia Raja Merdeka Merdeka Tanahkoe Negrikoe Jang Koetjinta

Indonesia Raja Merdeka Merdeka Hidoeplah Indonesia Raja

Stanza 2:

Indonesia Tanah Jang Moelia Tanah Kita Jang Kaja

Disanalah Akoe Berdiri Oentoek Slama-Lamanja

Indonesia Tanah Poesaka P’saka Kita Semoenja

Marilah Kita Mendo’a Indonesia Bahagia

Soeboerlah Tanahnja Soeboerlah Djiwanja

Bangsanja Ra’jatnja Sem’wanja

Sadarlah Hatinja Sadarlah Boedinja

Oentoek Indonesia Raja

Reff: Diulang 2 kali, red

Indonesia Raja Merdeka Merdeka Tanahkoe Negrikoe Jang Koetjinta

Indonesia Raja Merdeka Merdeka Hidoeplah Indonesia Raja

Stanza 3:

Indonesia Tanah Jang Seotji Tanah Kita Jang Sakti

Disanalah Akoe Berdiri ’Njaga Iboe Sedjati

Indonesia Tanah Berseri Tanah Jang Akoe Sajangi

Marilah Kita Berdjandji Indonesia Abadi

S’lamatlah Ra’jatnja S’lamatlah Poetranja

Poelaoenja Laoetnja Sem’wanja

Madjoelah Negrinja Madjoelah Pandoenja

Oentoek Indonesia Raja

Reff: Diulang 2 kali

Indonesia Raja Merdeka Merdeka Tanahkoe Negrikoe Jang Koetjinta Indonesia Raja Merdeka Merdeka Hidoeplah Indonesia Raja

.

Kisah dua stanza yang hilang adalah kisah sebelum dan selanjutnya dari apa yang dimiliki atau diharapkan dari stanza pertama, sebuah bangunan bangsa yang bersatu dalam keragaman.

Kita kemudian mengenalnya sebagai negara bangsa. Republik Indonesia. Stanza pertama saya sebut sebagai present continuos tense. Dalam stanza pertama Indonesia yang sedang menjadi dan berlangsung sampai sekarang.

Indonesia Tanah Airkoe Tanah Toempah Darahkoe

Sudah ada perasaan ‘Aku Indonesia’, sehingga tafsir tanah adalah sebuah kelahiran sekaligus pengorbanan aku-sampai tumpah darahku. Tanah juga menjadi penegas, tanah Indonesia, sebuah locus, sebuah tempat. Menjadi sebuah negeri, dimana tanah itu juga merujuk sebuah keadaan, ada jiwa dan badan-percampuran keduanya dilelehkan oleh geist. Sebuah ruh.

Bangoenlah Djiwanja Bangoenlah Badannja

Ruh tersebut yang kemudian menjadi mualim bagi sebutan ‘bumi dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya’. Bumi adalah ibu, yang kemudian hilang bersama waktu lalu dan masa depan.

Indonesia Tanah Jang Moelia Tanah Kita Jang Kaja

Waktu lalu atau past tense ada dalam stanza kedua. Seperti sudah diwariskan, seakan sudah menubuh. Kemuliaan dan Kekayaan. ...dan Kita. Kau dan aku menubuh.

Indonesia Tanah Poesaka P’saka Kita Semoenja

Masa lalu itu pusaka. Dalam pengertiannya yang sederhana bukan cuma bisa dilacak namun juga bermanfaat. Pusaka adalah harta, ‘dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat’. Pusaka ini adalah pusaka tinggi bukan milik perseorangan (sebutan untuk pusaka rendah). Dan karenanya Indonesia adalah milik perkauman yang mengakuinya sebagai pewaris. Generasi mendatang. Sebuah masa depan. Tentunya sebuah harapan pula.

Marilah Kita Berdjandji Indonesia Abadi

Berapa banyak yang sadar dengan  pusaka Indonesia. Yang bukan cuma sebuah kesadaran rasional yang sudah ada dalam stanza satu. Masa kini, sekarang dan disini selalu rasional. Namun kesadaran spiritual atau kesadaran yang tertinggi melampaui yang rasional. Kini dikenal sebagai kesadaran spiritual, yang mengatasi kendala fisik-sadar hati. Kemudian membentuk sadar budi-ubahlah dengan tanganmu-mulai dari yang terdekat dan yang terkecil (yang kamu mampu). Kesadaran demikian bukan lagi persoalan mau atau niat. Apalagi baru dipikirkan untuk berniat.

Sadarlah Hatinja Sadarlah Boedinja

Pusaka. Hanya deretan kata-kata yang diharapkan dapat diwariskan untuk generasi mendatang. Generasi yang menjadi pandu, menjadi mualim, yang memimpin Republik ini. Dapatlah dibayangkan apa yang terjadi kini, kepingan gambar keadaan sekarang, dimana proyeksi katastrofe sebenarnya adalah kejadian yang sudah dialami, semacam tipping point, kejadian yang mengakibatkan dampak yang dalam sekaligus meluas. Sebuah bencana, bagaimanapun kecilnya secara insting dan sentuhan sains kita selalu berusaha menghindarinya. Dan itulah yang menjadi ciri present tense. Sibuk menghindar seperti situasi sekarang. Maka doa dari lagu kebangsaan ini adalah:

S’lamatlah Ra’jatnja S’lamatlah Poetranja

Poelaoenja Laoetnja Sem’wanja

Madjoelah Negrinja Madjoelah Pandoenja

Maka dapat dibayangkan ketika ketika rakyat ramai-ramai mendoakan pemimpinnya. Mendoakan putranya, pulau, darat, laut, dan semua hartanya. Pusaka yang juga berarti masa depan ada dalam stanza ketiga.

Lagu ini sangat heroik. Dan kepahlawanan adalah persoalan tindakan. Sebuah demonstrasi keteladanan.

Yang hilang kemudian adalah weltansaung revolusioners. Merdeka dari penjajahan apapun. Hanya dengan semangat perombakan dan ideal kesejahteraan publik politik menjadi menarik. Kalimat terakhir inilah yang tidak lagi mendasari kerja politik hari ini.

Indonesia Raja Merdeka Merdeka Tanahkoe Negrikoe Jang Koetjinta

Indonesia Raja Merdeka Merdeka Hidoeplah Indonesia Raja

Widhy | Sinau

 

 

1 comment: