jika bukan kau mendesak di bising sirene
siang ini masih ampang
tapi ini berita serak
disini
awal parade bukan semata duka
ada air mata
masih muda
menghentikan sementara percakapan
dengan tunduk
tengadah
atau lupa
pada buku terlentang
“apa yang bisa kulakukan tanpa yang absurd dan yang sementara?”
jika bukan kau yang mendesak di lengkung senja
sore ini masih sama
disana
aku bisa saja menemani kau menemui kekasihmu
dan masih mungkin bercakap-cakap
layaknya temu wicara
mungkin
aku sebagian yang datang
dan bersimpuh
di tilam yang lama
salah satu dari kita
pastilah bertanda luka
“kalau kau mau kuterima kau kembali/untukku sendiri/tapi sedang dengan cermin aku enggan berbagi"
jika bukan kau
pasti aku
yang hanya khayal
atau sekadar sembunyi
pada yang harum
pada yang darah
yang kuingin
telanjang
bukan klimaks yang terjuntai
mungkinkah bila
bukan aku tujuanmu
“terbangnya burung/hanya bisa dijelaskan/dengan bahasa batu”
jika di angka ini kau berdiam
mungkin aku menujumu
dengan terseret
dengan terserak
buka kembali tilam tua
dan mulai mengeja
angka-angka
batu-batu
dan sihirmu
kubingkai sempurna
widhy I sinau
Gunawan Mohamad, dalam Untuk Frida Kahlo
Chairil Anwar, dalam Penerimaan
Sapardi Joko Damono, dalam Terbangnya Burung
No comments:
Post a Comment