TERIMAKASIH
KEPADA TITI KAMAL yang tiba-tiba hadir dalam keheningan malam dan
menjelaskan masadepan Republik Dangdut ini kira-kira 100 tahun
kemudian. Titi Kamal di sudut kamar mulai berjoget-avant propos
Kata orang diatas bumi, kita semua sama.
Kata orang di mata Tuhan, tidak ada miskin dan kaya.
Katanya
. Katanya
Kalau memang benar begitu.
Kenapa nasibku jadi babu.
Kerja apapun ku tak malu.
Tapi hidup kok nggak maju-maju.
Celana .. cuma punya satu.
Reff :
Meski banyak padi di sawah.
Hatiku selalu resah.
Meski tlah ganti pemerintah.
Hidupku selalu susah.
Oh nasib .. pembantu.
Selalu disuruh-suruh. [Mars Pembantu: OST Mendadak Dangdut]
Celana satu-satunya mulai dibuka, katanya lagi
Dangdutkah Kita
Jangan ingat lagi masa yang dahulu.
Saat kata cinta masih mengundang rasa malu.
Kita sudah berubah. Kini telah dewasa. [Dangdutkah Kita: OST Mendadak Dangdut]
Dan mulailah berakrobat sesuai dengan perintah.
'Kita telah dewasa'
Abang jarang pulang, aku jarang dibelai.
Anak kita skarang udah besar.
Mulai bingung kok bapaknya nyasar.
Kenapa bapak nggak pulang pulang emak?
Kata tetangge .. emangnya enak?
[Jablay: OST Mendadak Dangdut]
Tak apa, hari gini apapun bisa dibeli
Dan goyangan bertambah klasik-dangdut era 60-70an, dimana Ratu dan Raja
masih berkuasa dan sesungguhnya Ratu dan Raja ini dulu mirip bebek
buruk rupa, sampai ada Raja dan Raja yang sungguh-sungguh mencintai
Dangdut! Dangdut is my life. Dangdut as a tragedy as good as Her. And I
don't care.
Cinta lahir untuk mati.
Agar kau mengerti, bunuh reality.
Ikut saja mata hati.
Meski kau sendiri, bunuh reality.
[Bunuh Reality, OST Mendadak Dangdut]
Angsa. Dan Titi Kamal menari laksana angsa! Dia membunuh dirinya
sendiri. Berubah menjadi angsa yang sangat cantik. Tercantik dengan
identitas dangdutnya. Pakaiannya yang cuma satu itu, tetap penjelas
bagi setiap alasan mata yang menatapnya.
Jangan buka mata.
Tetaplah bermimpi. Menjadi sang putri.
Bila buka mata.
Berakhir semua indah dongeng klasikmu [Dongeng Klasik, OST Mendadak Dangdut]
Maka menerawanglah dengan berani. Tengadah sampai ke batas pandangan.
Membayangkan apa lagi yang perlu dikorbankan untuk disebut dewasa,
dengan identitas lengkap. Dangdut Abiss.
Selalu ada hari untuk tersenyum.
Selalu ada hari untuk bahagia.
Selalu ada hari untuk menyesal.
Dan selalu ada hari untuk menangis. [Selalu Ada, OST Mendadak Dangdut]
Bahkan para
praja IPDN [yang tua-nya sebagian besar menjadi pamong praja (baca:
pemberi perintah atas nama mandat rakyat Republik ini, cuma bisa
bahagia tatkala berjoget dangdut di arena wisuda. Juga militer kita
yang perkasa, cuma bisa disatukan dalam ritual joged di barak. (terkesan tai ga papa, ga mama juga boleh).
Dan Titi Kamal sangat pantas menjadi Rektor atau Panglima tertinggi dua
lembaga tersebut-mengingat Raja dan Ratu terlalu tua. T.U.A.
Ku tak pernah menyangka akan terjebak oleh cintanya.
Meski ku telah berlari, tapi akhirnya ku cape sendiri.
Dag dig dug jantungku, menunggu waktunya. [Buronan Cinta, OST: Mendadak Dangdut]
Titi Kamal berhenti memainkan gesturenya, {ingatkah
kalian tentang bibirnya yang penuh itu, yang selalu dibasahkan, digigit
sendiri ketika sejenak terdiam-dia sedang melakukan itu sekarang-}.
Lama terdiam sambil menggigit bibirnya, ia masih angsa yang tercantik
di komunitasnya. Ia mulai menulis di udara. Dangdut dan Budaya
Kekerasan. Dangdut dan Penyalahgunaan Alkohol. Dangdut dan Pendidikan.
Dangdut dan Kearifan Lokal. Dangdut dan Budaya Massa. Dangdut dan
Ancaman Disintegrasi. Revitalisasi Nilai-nilai Dangdut. Dangdut Sebagai
Filosofi Otentik Yang Diadopsi di Negeri Jiran. Dangdut Terkini.
Dangdut Fundamentalis vs Dangdut Liberalis. Sinkretisme Dangdut dengan
RebeliousHiphopGlamEmoRock.Quo Vadis Dangdut.Dangdut dalam Sinema.
Dangdut dan Kebangkitan Nasional. Pengarusutamaan Dangdut dalam
Pendidikan. Proporsi Dangdut dalam APBN. Identitas Kekinian
Dangdut. Dangdut dan Urbanitas. Nilai-nilai Kesejarahan Dangdut. Seni
dan Tradisi Dangdut dalam Bingkai Pluralitas. Dangdut dan Buruh.Analisa
Sentimentil Atas Dangdut Pada Beberapa Pemberontakkan Atas Nama
Selain Dangdut.Dangdut dan Teologi Pembebasan Sesaat Kaum Miskin Kota:
Studi Kasus bawah Jembatan JORR Ujung Aspal Podok Gede.Dangdut dan
Budaya Patriarki. Tokoh Dangdut dan Kiprahnya Dalam Mengisi
Kemerdekaan. Dangdut: Next Millenium. Nabi Para Dangdut. Dangdut dan
Kosmologi : Renungan Para Republiken. Jalan Dangdut, Jalan
Paradoks Yang Memerihkan Namun Syurga Pula Tujuannya. Dangdut Dan Seni
Bercinta. Dangdut Untuk Segala Usia. Dangdut dan Kesemestaan. Teori
Dangdut : Dari Sentralistik menuju Pinggiran . Kota Dangdut: Akankah
Menjadi Kenangan. Pengaruh Dangdut dalam Sejarah Peradaban Manusia.
Sejarah Psikoanalisa Para Pedangdut. Kebangkrutan Teori Musikalitas
Barat Dihadapan Dangdut. Dangdut dan Masa Depan Manusia. Agama Baru:
Dangdut, Kolase Identitas Dalam Kematian Makna.
Wajah Titi Kamal berubah marah. Bisakah wacana besar ini menyelamatkan
Republik Dangdut ini dari Disilusi Babu-babuan, ia berhenti menulis.
Tangannya seperti memainkan sesuatu yang tak berwujud, mungkin sendok,
renda, atau pita. Yang pasti gerakan mengaduk lebih tepatnya memuntir
bukan mengocok.
Selamat siang para penonton.
Semoga kabarnya baik-baik saja.
Aku disini ingin bercerita.
Tentang kisah cinta yang sedikit gila [Buronan Cinta, OST Mendadak Dangdut)
Yuk. Selamat hari buruh. Selamat berjoget. Selamat sakit hati. (Lagi dan Re-Mixed)
MayDay. MayNot. MayBe. (SomeDay, SomeWhere)
WeeDee|SeeNow (selapis manis identitas dangdut kebarat-baratan)
Resensi Film yang Memukau, Kontekstual Plus Inspiratif. Multi Sintesa.
ReplyDelete