From Aceh:
Aku di Langsa-Aceh Timur, nelangsa, banjir dimana-mana, sebenarnya bisa jadi lebih hebat dari banjir Jakarta, juga di beberapa tempat di Aceh, sawah-ladang terendam air, juga rumah dan sekolah. Cuma Aceh sepi, tidak seperti Jakarta yang hingar bingar-penduduknya banyak, padat, sehingga kerusakan akibat banjir dilihat dari jumlah harta benda masyarakat yang sudah terbiasa terkena banjir. Santai, bahkan beberapa kawan yang suka membagi-bagi hadiah gagal berbagi, kurang besar banjirnya coy, dana yang turun juga gak jadi. Kawan tadi adalah masyarakat bantaran kali Ciliwung. Mereka punya perhitungan sendiri dengan banjir. Mereka lebih akrab bencana. Mungkin sebagian berkarib.
Di Aceh hutan-hutan masih ada yang perawan, namun di gunung-gunung masih terdengar chinsaw, siang dan malam. Sungai-sungai meluap. Tidak seperti di Bali promosi tentang adat Aceh, mungkin adat-adat daerah lain kurang. Di Aceh ada pengelolaan hutan. Ada penjaga hutan dari masyarakat. Ada aturan adat. Ada juga penguasa. elit dan jelata.
Di Bali dan Aceh, Indonesia biasa berjualan. Masyarakatnya juga. Sekarang ditambah Papua. Semuanya pesimis pada bangsa sendiri, Pemerintah Pusat. Sehingga jika ada kesempatan menjumpai bule-bule yang datang masyarakat seperti melihat keberadaban, pencerahan. Dan posisi kita seperti tidak memilikinya. KEBERADABAN dan CAHAYA.
Pasca tsunami banyak kayu Australia, jenis pinus masuk ke Acehuntuk membuat barak. Tak banyak yang tahu. Kayu itu dari hasil hutan industri. Kualitas bagus. Tahan rayap. Mereka juga menanam. Mereka memanen. Kesadaran tentulah sebuah sebab. Disini wakil Indonesia dan yang merasa mewakili di forum dunia saling mendelegitimasi. Perusahaan yang merusak lingkungan 'jaim' jaga imej, LSM 'boim' bongkar imej. Indonesia tak perlu imej, karena seluruh dunia sudah memiliki data, tinggal klik google earth kita bisa melihat kerusakan hutan.
Perbedaan iklim di kamar hotel, berharga sekitar 150 ribuan. Yang berAC dan tidak. Perbedaaan iklim di bus kota ekonomi berharga diskon 30-40% dari harga bus berAC. Kenyamanan memang dibutuhkan, namun tetap ada tarifnya. Tapi berAC ataupun tidak jalanan di Indonesia darat, laut dan udara bukanlah tempat yang aman. Jadi, kenyamanan jelas untuk orang yang mampu membayar.
Perubahan iklim juga disebabkan industri di negara maju. Efek rumah kaca lebih banyak berasal dari manufaktur mereka. Namun ada mekanisme yang mereka tetapkan untuk melindungi warga mereka, kaya dan miskin. Disini subsidi rakyat miskin saja susah untuk diteguhkan pemanfaatannya. Beberapa orang di Medan bilang Naik Juga Temperatur Awak! Ketika premium cuma dijual untuk angkutan umum, padahal banyak pengusaha taksi gelap di Medan dan NAD. Namun untung baru masa percobaan di Jakarta. Belum di Medan, Lae. Temperatur mereka naik lagi ketika diajak bicara tentang kondisi ekonomi. Saya berusaha meyakinkan bahwa masih ada harapan, apalagi sudah ada otonomi.
Mereka bilang lebih enak jaman Soeharto. Serba murah. Jalan-jalan bagus. Sekarang jalan hanya pas untuk kerbau berkubang. Adek, jalan saja lewat jalan darat trans Sumatra. 1 dekade reformasi, buntutnya adalah kerinduan otoritarian. bukan cuma di Medan, di sebagian pulau Jawa demikian, bahkan koran-koran mempromosikan apakah demokrasi itu benar-benar dibutuhkan, apakah ia tidak kontradiksi dengan kemakmuran, kesejahteraan? Demokrasi itu baik atau buruk, murah atau mahal, atau gratisan, karena ia sumberdaya milik bersama (kesadaran memang mahal. bahkan rezim waktu tidak kuasa melawan). Naik juga temperatur awak kan!
From Wikipedia
Sementara itu, Muhammad Ridwan dengan Anand Krishna, anggota delegasi Indonesia, mengkritik[1] bahwa pemerintah Indonesia hanya mengejar uang kompensasi Rp 37,5 triliun dari negara-negara dunia untuk biaya perawatan hutan di Indonesia. Dijelaksan bahwa perdagangan karbon seperti itu suatu saat dapat menjadi bumerang jika suatu ketika nanti negara-negara maju meminta suatu imbalan atas hutan yang turut mereka biayai. Dijelaskan bahwa dengan menerima uang tersebut negara Indonesia hanya akan menjadi penjaga hutan saja, bukan lagi pemiliknya, sebab seluruh dunia akan merasa turut memiliki hutan Indonesia. Walaupun ini tak tertera diatas kertas, mereka beranggapan bahwa suatu saat nanti jika Indonesia dimintai oleh negara-negara lain untuk berbuat sesuatu yang merugikan kehutanan Indonesia, pemerintah tidak akan dapat berbuat banyak. Dikatakan bahwa jika pemerintah menerima uang kompensasi tersebut, maka mereka akan menjual hutan Indonesia kepada negara-negara lain.
Dijelaskan lebih lanjut solusi yang diambil seharusnya adalah Indonesia memelihara sendiri hutan Indonesia, sementara negara maju harus menanam hutan sendiri di negara mereka, bukannya menyuruh negara lain untuk memelihara hutan. Indonesia dapat memberi contoh kepada dunia dengan cara menghentikan penggunaan plastik dan mengurangi transportasi penghasil emisi karbon.
Mereka juga mencurigai apabila Indonesia jadi menerima uang kompensasi, maka uang tersebut akan digunakan untuk kepentingan para penguasa, terutama mendekati pemilihan umum 2009 nantinya.
Soeharto Not Dead even he's Pass Away!
Seperti rock n roll, Soeharto demikian. Ia akan lebih abadi ketika dinyatakan mati. Bagi yang percaya, kematian adalah sebuah keabadian. Juga Rock n Roll. Hampir seluruh penyanyi rock roll debutan menyanyikan rock n roll is dead! dengan aroma kental Buddy Holly. maka langgam orde baru dinyanyikan oleh penggemar Soeharto untuk menyatakan keabadiannya. Sangat kental walaupun berganti partai.
Saya bermimpi, tiga kali, 2008 Soeharto mati. Semoga. Harapan saya tentu beralasan. Kita tahu bahwa perjuangan dia yang terakhir telah menang, bahkan Time (waktu) telah kalah. Jika mati tentu ia lebih abadi. Dan lebih menghantui. Sebagai hantu tentu lebih mudah kita enyahkan, terutama ketika mendidik anak kita agar tidak percaya takhayul (anak saya baru berumur tiga bulan), setidaknya saya harus berharap jika 25 tahun ke depan ada generasi yang lebih rasional. Bisa baca sejarah, tidak gagap dalam bertindak, dan lepas dari pengaruh dan template orde baru. Dulu orang segenerasi saya para baby boomers 70an, merupakan generasi orde baru. Wajar jika kemudian Soeharto juga jadi ikon kemajuan, bukankah kita mengalami kemajuan pesat? Saya berpikir begitu sampai saat saya memiliki kesempatan untuk keliling dan melihat keterbelakangan di seluruh Indonesia. Dan yang menyedihkan keterbelakangan ini disebabkan oleh negara. Negara dan aparatusnya. Negara dan seluruh Badan Usahanya. Aparat, birokrasi, dan badan usaha milik negara adalah kunci perubahan. Jika mau berubah harus ada perubahan signifikan dalam tiga bidang ini. Dan Soeharto memiliki ini semua. 1 Dekade tidak ada perubahan. Seperti tak ada jawaban. Kuldesak.
25 tahun ke depan, generasi apa yang berkehendak? Lahir atau dilahirkan? Tentulah mereka akan lahir. Dipaksakan atau tidak. Kecuali kiamat segera datang. Namun jika generasi ini ditakut-takuti seperti kita dulu, awas jangan pakai baju hijau di pelabuhan ratu, nanti ditelan ombak, maka tidak ada perubahan mental dalam aspek kognisi mereka. Awas jangan pakai baju kuning di Jogja (mungkin ia lebih suka dikuburkan di Jogja), tentu orang Jogja akan marah. Awas jangan menyebut Beringin, nanti partai Golkar akan marah, awas-awas was-was. Generasi ke depan janganlah dibuat was-was.
Soeharto is Dead. Tentulah sebuah tahayul. Karena setiap orang akan merindukannya. Siapa lagi yang bisa dijadikan Kambing Hitam. Atau Satria Dinantikan. Alasan-alasan tersebut biasa terlontar di kedai-kedai, dalam taksi, atau ruang seminar. Generasi 70an yang malang.
Soeharto is Dead. Seperti Superman tentulah ia akan dihidupkan kembali. Sangat komikal. Namun Superman sekarang lebih manusiawi. Ia sedih juga melihat Louise dipacari orang lain. Superman juga punya hati. Superman kalah oleh Kiamat (nama seorang jagoan), jika Soeharto is Dead apakah akan kiamat bagi Indonesia, mengingat banyak konflik yang terjadi sepanjang 1 dekade. 2008 kita harus hati-hati. Karena Bang Dedi (Mizwar) sudah membuat berulang kali, Kiamat Sudah Dekat. Di film Kiamat bisa jadi parodi. Juga kematian Superman, seperti parodi. Orang harus memiliki Satria (sebagian kita memilikinya tapi kalah dengan Honda).
Tokoh komik selalu menang. Baik yang jagoan maupun bukan. Mereka mati dan hidup berkali-kali.
25 tahun ke depan jika bukan generasi Kuli-ner yang lahir, maka harus lepas dari tahayul. Tapi rock n roll is dead terlanjur menjadi kata magis.
2000 MAN
(Jagger/Richards)
Well my name is a number
A piece of plastic film
And I'm growin' funny flowers
In my little window sill
Dont you know I'm a 2000 man
And my kids, they just don't understand me at all
Well my wife still respects me
I really misused her
I am having an affair
With a random computer
Don't you know I'm a 2000 man
And my kids, they just don't understand me at all
Oh daddy, proud of your planet
Oh mummy, proud of your sun
Oh daddy, proud of your planet
Oh mummy proud of your sun
Oh daddy, your brain's still flashin'
Like it did when you were young
Or do you come down crashin'
Seeing all the things you'd done
All was a big put on
Oh daddy, proud of your planet
Oh mummy proud of your son
Oh daddy, proud of your planet
Oh mummy proud of your son
Oh daddy, proud of your planet
Oh mummy proud of your sun
Oh daddy, proud of your planet
Oh mummy proud of your sun
And you know who's the 2000 man
And your kids they just won't understand you at all
Recorded: August 20 - 30 and September 1 -7, 1967. Released on Their Satanic Majesties Request in December of 1967.
Vocals: Mick Jagger Bass: Bill Wyman Guitars: Keith Richards Drums: Charlie Watts Organ: Brian Jones
widhy | sinau
Yup ... great post .. setuju Bang...mentalitas rejim lama memang nggak ada matinya...
ReplyDelete