Saya memang tak bisalah ekonomi. Hitungan marjin, suplai sama dimand buat kepala pusing tujuh keliling. Belum lagi perhitungan harga rata-rata, harga optimum dan segala macam suku bunga interest yang buat otak kelimpungan. Saya cuma tahu, uang Rp10 ribu bisa beli Marloboro Lights sebungkus sama geretan merk Tokai.
Saya memang bukan birokrat. Saya tidak tahu apa itu administrasi pemerintahan, apa itu prosedur, apa itu golongan IV B, apa itu jabatan, apa itu kebijakan. Saya juga bukan orang politik yang sering bicara soal kemakmuran, kesejahteraan, keselamatan, kemaslahatan, dan segala ke- ke- ke- ke- lainnya yang membuat saya ter ke-ke-ke-ke-ke-keh-keh-keh.
Saya juga bukan presiden yang ngerti rapat kabinet, rapat terbatas, pidato kenegaraan, berempati sama rakyat. Saya juga bukan menteri yang punya staf ahli yang bisa memberikan sekian ratus alternatif pilihan dengan sekian ratus pula varian pelaksanaan berbeda yang kesemuanya tergantung berapa banyak dana tersedia yang bisa dipergunakan untuk membiayai pilihan keputusan (jangan terlalu sulit membaca kalimat ini. Intinya, menteri itu punya ahli yang bisa memberikan masukan dan keluaran, titik.).
Saya juga bukan Amerika yang selalu mengumandangkan demokrasi dan hak asazi. Saya pun tidak tahu apakah Air Force One itu memang ada atau rekayasa belaka. Saya pun tak tahu apakah di Amerika sana juga ada benda cair yang dinamakan minyak tanah. Saya pun tak tahu apakah disana ada pula yang memasak pakai kayu bakar. Saya sungguh tidak tahu.
Saya juga bukan teknokrat yang ngerti cara buat senjata serta amunisi, buat pesawat, buat kapal selam, buat pesawat antariksa, buat reaktor nuklir, buat pulpen yang bisa menulis di dalam air, buat komputer yang tebalnya seperti sehelai kertas.
Saya cuma tahu, 1 September 2007 harga elpiji 50 kilogram Rp320 ribu. Sedang gas elpiji 12 kilogram Rp55 ribu. Dan saya tahu, harga gas elpiji per-kilogram sesungguhnya bagi saya adalah Rp4.600.