Friday, 1 September 2006

Demokrasi, Pisau Galileo dan Kepergian Pluto

Negara itu tidak ada gunanya meskipun engkau berkata: Sesekali, kita pun perlu bertanya kepada Yang Maha Kuasa, dimanakah selayaknya Pluto kita letakkan. Jadi, buat apa ada demokrasi, dan mengapa pula tidak ada politisi yang pernah mati bunuh diri? Karena itu : The Beatles=Liverpool=Inggris, Soneta=Rhoma Irama=Indonesia, The Doors=Jim Morrison=Amerika, Bob Marley=Reggae=Jamaica. Negara masih berguna! Tapi, perlu juga dibentuk fens klub. Tidak usah ada partai kalau begitu. Ada atau tidak ada itu tidak masalah.


Sekali waktu, pernah aku bercakap dengan seseorang diantara seorang yang berjalan dari masa ke masa di depan emperan toko di kaki lima sangatlah ramai sekali orang-orang berseliweran: Mau kemana? Dia cuma melihat dan berkata: Biarkan saja.


Di saat engkau berjalan di planet-planet, lalu berjalan diantara galaksi-galaksi, maka dimanakah aku engkau temui? Bukankah engkau akan bertemu aku di depan emperan toko tempat orang berlalu-lalang, tapi tak pernah mengetahui kemana demokrasi itu pergi. Jadi, kalau engkau hendak berbelanja, harus pergi pagi-pagi sekali, agar bebas memilih. Kalau pemilu dilakukan pukul 09.00, maka di waktu subuh, hasil perhitungan berapa biaya yang dikeluarkan sudah diketahui. Tak perlu bawa uang yang banyak, cuma seperlunya saja. Jangan terlalu banyak pula berdoa ketika berjalan-jalan di galaksi, sebab asteroid yang melayang itu seperti bajaj. Kadang berbelok atas perintah abang pengemudi. Setelahnya, engkau pun terjatuh, melihat aku membeli dua ekor ikan yang menjadi korban ranjau darat.  


Seperti Galileo yang mencari aku, dia menemukan wujud pasti dalam ketakpastian. Karena dunia ini adalah probabilitas, eksperimen selalu terjadi. Kalau memang tepat guna, tak ada salah. Kalau tidak tepat, maka ada yang bunuh diri, ada juga yang melarikan diri. Masalahnya, semua itu perlu dibuktikan. Kalau pun tidak berbukti, jangan salah tanggap. Probabilitas itu nantinya menjadi suatu kepastian bahwa pergerakan acak asteroid itu tergantung kemacetan yang terjadi. Makanya, diperlukan beribu-ribu jalur busway untuk mengatasi keterlambatan jam kerja. Jadi, buat apa membeli mobil?


Sesekali, buatlah satu puisi. Meski cuma satu-dua baris dengan satu-dua kata, itu tidak jadi soal.


Note: Ini tulisan sesat!


[Deif-Feil]

No comments:

Post a Comment